Terpaut usia [21]

4.5K 282 0
                                    

Dua orang insan yang sedang duduk berhadapan di sebuah kafe terlihat canggung. Si wanita hanya mengaduk-aduk ice amerikano yang di pesan, sementara si pria hanya menatap ke arah luar jendela, menikmati kota yang indah ketika malam hari.

"Ngapain Lo ajak gue ketemu?" tanya si pria mengawali pembicaraan.

Wanita itu menatap si pria. Mereka sudah dekat dari beberapa tahun yang lalu. Tapi, ketika si wanita punya masalah dengan sahabat pria ini, hubungan mereka menjadi canggung.

"Gue perhatiin, Lo suka, ya sama Levita!" ucap si wanita to the point.

Mereka adalah Sena dan Naura. Sena langsung tersedak oleh angin. Bagaimana mungkin Naura tahu isi hatinya? Sedangkan ia belum memberi tahu siapa pun tentang perasaannya pada Levita, apalagi pada Naura, yang memang bertemu intens seperti ini baru kali pertama.

"Apaan sih," elak Sena.

Sena memang tidak ingin ada yang tahu tentang perasaannya pada Levita, karena gadis itu adalah istri sahabatnya.

"Lo tahu, kan, gue masih sayang sama Arsen," tutur Naura.

Sena menghela nafas, menatap Naura datar. "Terus, Lo mau ngehancurin mereka? Basi!" tukas Sena kesal.

Bagaimana pun, Naura yang sudah membuat Arsen patah hati, dan berubah bukan menjadi diri Arsen selama kurang lebih 7 tahun.

"Sen, Lo suka sama Levita? Kenapa gak Lo kejar aja!"

"Lo bodoh atau bego sih. Walau gue suka sama Levi, tapi gue gak bakal ngerusak rumah tangga mereka. Mereka udah bahagia Naura, Arsen udah sayang sama Levita, Arsen udah lupain Lo, Arsen gak lagi sayang sama Lo!" tegas Sena.

Ya walau Sena sedikit berbohong karena Sena belum mengetahui pasti perasaan Arsen pada Levi.

Naura menutup telinganya kuat, enggan untuk mendengarkan apa kata Sena barusan. Karena ia menolak untuk fakta tersebut.

Tangan Sena memegang kedua tangan Naura, lalu berkata pelan dengan penuh penekanan.

"Kalau Lo berani macem-macem sama hubungan Arsen sama Levi, jangan harap Arsen mau sama Lo. Meskipun hubungan mereka ancur gara-gara Lo, Arsen bukan mau balik lagi sama Lo, tapi Arsen bakal benci selamanya sama Lo, karena udah misahin dia dari orang yang paling dia sayang. Ingat itu!" bisik Sena, yang ingin melengos pergi, tapi terhenti mendengar suara tawa Naura.

"Liat aja nanti, gue bakal buat mereka hancur," lirih Naura yang malah melewati Sena dengan menabrak pundak Sena.

Sena mengepalkan kedua tangannya kuat. Seburuk apapun hati Sena, ia tidak akan melakukan itu. Karena Sena tahu, karena berkat Levita, Arsenio kembali seperti semula.






*****





"Apa sih, salah, ini tuh harusnya gini!" kata Arsen membenarkan tangan Levita saat sedang bermain basket.

Di penginapan, yang mana harusnya bersantai, mereka malah bermain basket di lapangan yang ada tak jauh dari penginapan. Kata Arsen, dulu ia adalah salah satu pemain basket andalan sekolah, hanya saja ia mengalami cidera yang mengharuskan istirahat total dan tidak bermain basket lagi.

"Habis gini, terus..."

'pluk'

Bola yang di lempar Levita dengan indah masuk ke dalam ring, membuat gadis itu hoboh dan refleks memeluk Arsen.

Mungkin jika bukan Naufal yang bersuara, keduanya akan terus berpelukan seperti Teletubbies.

"YA ALLAH, HAMBA INI SALAH APA SIH SAMPE HARUS MENYAKSIKAN KEUWUAN SEPERTI INI. AYAH BUNDA, JODOHIN NAIFAL AJA LAH, MAU DI PELUK JUGA," rengek Naufal dengan suara sangat keras.

Untung saja ini sudah malam dan tidak ada orang berkeliaran di sekitar sana lagi.

Dengan cepat Levi melepaskan pelukannya, kemudain berlari membawa bola, lalu melempar bola itu pada Naufal dan mereka langsung berlarian saling merebutkan bola.

Arsen minggir dan duduk di kursi tepi lapang, meminum air mineral yang ia bawa. Menyaksikan adik dan istrinya itu tengah berlarian sambil tertawa. "Lev, selamat, Lo udah berhasil masuk ke dalam hati gue. Selamat datang, semoga Lo gak maksa pergi setelah kontrak kita habis," gumam Arsen dengan tatapan kosong.

Tiba-tiba saja, handphone yang ada di sampingnya berbunyi, menunjukkan nama Renaldi terpampang di layar panjang itu.

"Kenapa, Ren?" tanya Arsen ketika mengangkat telepon.

"..."

"Hah, sekarang?"

"..."

"Gue lagi di luar kota!"

"..."

"Ya udah kalau ini beneran penting dan berhubungan sama bisnis kita, gue ke sana sekarang."

"Gue tunggu Lo di bandara." Setelah menyampaikan kata itu, Arsen menutup panggilan sepihak, lalu menatap Levi dan Naufal yang masih anteng.

Bagaimana memberitahu Levi? Terus, nanti Levi hanya berdua dengan Naufal.

"Fal, Lev, sini dulu!" teriak Arsen agar terdengar dua orang itu.

Keduanya menghampiri Arsen, dan juga membawa minum karena haus.

"Apa? Jangan bilang Lo mau ceramahin gue gara-gara main berdua sama Levi. Ya ampun Bang, tenang aja, gue gak bakal suka kok sama istri Lo, gue udah suka sama seseorang, tenang aja. Lagi pula, istri Lo bukan selera gue," ucap Naufal meremehkan Levita.

Tentu saja Levita tidak terima, ia langsung mencubit pinggang Naufal keras, sambil meletatkan lidahnya.

"Emang gue mau sama Lo, kagak. Mending juga Abang Lo, ganteng, kaya, baik, gak kaya Lo. Apaan," timpal Levi tanpa sadar memuji Arsen.

Tapi Arsen juga tidak sadar dengan ucapan Levi barusan. Ia masih memikirkan cara untuk memberitahu tentang ini.

"Kak, kenapa?" tanya Levi mengalihkan pembicaraan.

"Aku pergi sekarang, boleh?"

"Hah, kenapa? Kok ngedadak?" tanya Naufal.

"Tadi Renaldi nelpon, katanya perusahaan yang ada di Cirebon mengalami penurunan saham karena suatu masalah, terus ada meeting untuk project besar juga, dan itu sama di Cirebon," jawab Arsen menatap mata Levi.

Levi mengangguk sambil tersenyum. "Emang Kakak gak capek? Kalau capek, besok aja berangkatnya," ujar Levi.

"Enggak kok. Lagi pula, harus segera di tangani, dan itu harus terjun langsung agar tahu masalah apa yang terjadi," jelas Arsen.

"Ya udah, kalau gitu kita kembali ke kamar buat siap-siap aku bantu," tutur Levi.

"Beneran gak papa aku tinggal? Atau perlu aku anter kamu ke rumah?"

Naufal langsung protes.

"Enggak, apaan. Besok masih ada pemotretan lagi heh. Masa gak tuntas. Tenang aja, gue bakal jagain Levi, kan, udah gue bilang gue gak suka sama Levi, Lo gak usah khawatir Bang!" janji Naufal.

Mungkin harusnya ia percaya dengan ucapan adiknya itu.

"Iya, gue titip Levi sama Lo. Kalau dia sampe lecet, gue gak bakal kasih uang jajan bulanan sama Lo!"

Naufal mendecih, ancamannya menakutkan. Kalau Arsen tidak memberinya uang jajan, habis sudah, ia tidak bakal bisa pergi ke bar bersama teman-temannya.

Setelah siap semua, akhirnya Arsen pergi dengan taxi online yang ia pesan untuk pergi ke bandara. Jadilah Levi dan Naufal beruda di penginapan. Tenang saja, penginapan mereka terpisah oleh beberapa kamar.

Lagi pula, Naufal sibuk dengan pikirannya yang terus memikirkan keadaan Violet.

Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang