"Lev, gak sholat?" tanya Arsen yang sudah siap dengan sarung dan pecinya.
Arsen selalu bertambah ganteng ketika menggunakan seperangkat alat sholat seperti itu, dan Levita pun selalu jatuh cinta kepada Arsen jika sedang menggunakan sarung dan peci. Setelah di lepas, Levi belum sepenuhnya jatuh cinta
"Gak," jawab Levi ketus.
Sedari hari itu, Levi bersikap judes pada Arsen. Padahal Arsen tidak melakukan apa pun, tapi gadis itu belum bersikap seperti biasa.
"Kenapa? Mau ninggalin Allah?" tanya Arsen lagi.
Levi mendelik kesal. "Masa iya lagi halangan sholat," jawabnya tak kalah ketus.
Ah, Arsen sekarang mengerti, kenapa gadis itu merajuk padanya. Rupanya sedang datang bulan.
"Ya udah, aku sholat dulu, abis aku sholat Dzuhur kamu siapa-siap," kata Arsen.
Levita yang bingung titahan itu ingin bertanya tapi Arsen sudah melengos pergi ke kamar untuk sholat.
Dari pada ia pusing mikirin titahan Arsen, Levi memilih untuk menonton film dan bersantai sambil nyemil kue. Untung saja hari ini tidak ada kelas, jadi ia bisa bersantai menikmati hari di rumah, tanpa gangguan siapa pun, termasuk Arsen.
Dua puluh menit kemudian, Arsen datang menghampiri Levita dengan pakaian yang rapi dengan wangi yang semriwing menyegarkan penciuman Levi. Levi mendelik ke arah Arsen yang berdiri tegak di hadapannya.
"Mau kemana?" tanya Levi.
"Kan udah aku bilang, tadi siap-siap, kenapa gak denger," ujar Arsen.
"Lah, ya mana aku tahu kalau itu beneran. Lagian, Kakak gak bilang mau kemana-kemana. Kalau Kakak bilang, ya mungkin aku siap-siap. Lagian, males," jawab Levi santai.
Arsen menghela nafas, kemudian menarik tangan Levi pelan menuju kamar dan menyuruh Levita mengganti pakaiannya.
"Jangan lama, aku tunggu di depan sambil manasin mobil," titah Arsen keluar kamar.
Sementara Levita menatap kepergian Arsen. Ia bertanya-tanya kemana Arsen akan membawanya kali ini? Apakah ia akan membawa Levi bertemu teman-temannya seperti waktu itu?
Levi pun bersiap-siap, memilih pakaian yang akan ia kenakan. Matanya melirik celana pendek, tapi ia ingat ucapan Arsen, bahwa Arsen tidak suka melihat Levi berpakaian seperti itu. Akhirnya Levi memutuskan menggunakan celana kulot panjang dan baju pendek over size.
Selesai berdandan sedikit, Levita pergi ke luar dan masuk ke dalam mobil, yang mana suaminya itu sudah menunggu di sana.
"Mau kemana, sih?" tanya Levita.
Bukannya menjawab, pria itu malah mendekatkan tubuhnya pada Levita. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti meter saja. Bahkan nafas Levita saja bisa Arsen dengat.
Jantung Levita tidak biasanya seperti ini. Menatap mata Arsen yang tajam, melihat hidung mancung Arsen dengan sangat dekat, kemudian Levita meneguk ludahnya susah.
Srett...
Arsen menarik sabuk pengaman di samping Levita, lalu memasangkan agar Levita aman.
"Biar kamu aman," ujar Arsen.
Entah kenapa, wajah Levita sudah memerah, ia memalingkan wajah ke arah jendela, enggan untuk melihat wajah Arsen dan bertatap mata dengan pria itu.
"Tadi kamu nanya mau kemana, kan? Aku mau ngajak kamu belanja. Biasanya, kalau wanita lagi ngambek itu berhentinya kalau di ajak belanja," kata Arsen.
Tapi Levita tidak menggubris Arsen sama sekali, ia masih memikirkan jantungnya yang berdetak tidak normal.
"Levi!"
"Kamu gak seneng aku ajak belanja? Biasanya wanita lain seneng, loh."
"Levita!" pekik Arsen emosi karena gadis itu tidak mendengarkannya sama sekali.
"Apa?"
"Kamu gak seneng belanja?"
"Eh, kata siapa? Mana ada wanita yang gak seneng belanja. Kenapa? Mau neraktir? Mau belanjain aku? Tapi gak mungkin sih," katanya menyepelekan Arsen.
"Kamu gak denger tadi aku ngomong apa? Aku mau ngajak kamu belanja," ulang Arsenio.
Seolah melupakan kejadian tadi, mata Levita sekarang menatap Arsen dengan penuh harap, kemudian menggenggam tangan Arsen yang memegang stir.
"Serius? Mau ajak aku belanja? Beneran? Wihhh seneng banget, udah lama gak belanja, abisnya Papah sama Mamah gak ngasih uang lagi," katanya.
"Lah, kenapa?"
"Karena Papah bilang, aku udah nikah dan udah jadi tanggung jawab kamu," jelasnya.
Arsen tersenyum, kemudian mengelus rambut Levita. "Kenapa kamu gak pernah minta uang ke aku? Kalau kamu minta bakal aku kasih Lev," kata Arsen.
"Om Arsen yang ganteng, tapi masih gantengan Kim Taehyung, minta uang itu termasuk morotin harta, morotin harta termasuk kehidupan pribadi, karena itu uang Om Arsen pribadi. Dan mengusik kehidupan pribadi itu ada di peraturan kontrak nikah kita," kata Levita panjang lebar.
Ucapan Levita membuat Arsen diam. Ia sih ucapan Levita ada benarnya. Tapi, sekarang Levita sudah menjadi istrinya. Meskipun sesekali Levita sering mengkode minta uang dan dia kasih, tapi Levita tidak sering, ia hanya meminta dua kali sja aselama dua bulan lebih pernikahan mereka.
"Ya udah, nanti aku kasih uang bulanan buat kamu, gak usah mikirin kontrak. Kalau uang kamu habis, bilang aku aja," kata Arsen.
Levita menyengir. "Pantesan temen-temen pada mau sugar Daddy, ternyata enak ya, mau apa aja di kasih," kekeh Levita yang di tegur dengan tatapan tajam oleh Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Roman pour AdolescentsMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...