Terpaut Usia [24]

4.9K 305 2
                                    


Udara kali ini sangat mendukung untuk berdiam diri di rumah, dengan segelas kopi atau teh, sekedar menghangatkan tubuh dari hembusan angin, berasal dari luar yang masuk tanpa permisi lewat jendela yang sengaja di buka oleh Naura.

Naura menjadi lebih pendiam setelah pulang dari Cirebon. Setelah ia melakukan hal yang tidak patut di lakukan oleh seorang mantan. Naura bukan wanita jahat yang ingin menghancurkan rumah tangga orang.

Ia hanya seorang wanita yang ingin mendapatkan kembali seseorang yang pernah menjadikannya wanita istimewa.

Setelah pulang dari Cirebon, Naura sering melihat Arsen dan Levi yang semakin hari semakin dekat. Ekspektasi Naura adalah hubungan mereka hancur dan berpisah, tapi realita, malah tambah dekat dan romantis.

Sekarang, Arsen lebih berani menunjukkan keromantisan di depan publik. Membuat Naura sadar, bahwa ia sudah tidak bisa lagi menggapai seorang Arsenio.

"Sen, kamu inget, katanya kamu gak bakal ninggalin aku sendiri. Kamu tahu, aku cuma gadis lemah yang butuh kamu di sisi aku. Tapi nyatanya, takdir berkehendak lain. Levita lebih butuh sosok kamu dari pada aku, yang udah nyakitin kamu," lirih Naura memeluk lututnya.

'klek_

Pintu utama rumahnya terbuka lebar, membuat Naura tersenyum melihat siapa yang datang.

"Gue nyerah," kata Naura.

Pria itu menatap Naura bingung. Tiba-tiba sama wanita itu berkata begitu.

"Nyerah?"

"Ya, gue udah relain Arsen buat Levita. Arsen lebih bahagia sama Levi di banding gue, yang pernah lukai hati dia," kata Naura.

Pria itu menghampiri Naura dan mengusap rambut Naura.

"Walau pun gue benci sama Lo, karena Lo udah buat sahabat gue sakit hati, tapi Lo cuma wanita lemah yang menginginkan prianya kembali. Kalau sekarang Lo udah nyerah, Lo harus buka hati. Gue yakin, setelah Lo buka hati, Lo bakal lupa sama Arsen," kata pria itu.

"Gue belum bisa, gue mau fokus sama kerjaan dulu. Lagi pula, gak ada cowok yang mau Deket sama cewek brengsek kaya gue," keluh Naura.

"Lo bukan brengsek, Lo cuma butuh kasih sayang. Kalau emang Lo belum siap, gue bakal siap nunggu Lo," tutur pria itu.

Mata Naura hampir saja keluar saat mendengar ucapan dari pria itu. Tidak di sangka, pria yang pernah membancinya justru orang yang akan menunggunya membuka hati.










*****





Baru saja Levita menginjakkan kakinya di kampus, ia sudah berpapasan dengan Naufal. Sepertinya Levita sudah bosan melihat Naufal yang sering ke kampusnya.

"Ngapain lagi Lo kesini?" tanya Levita.

Yang di tanya hanya memamerkan lesung pipinya. "Biasalah, nyamperin gebetan," jawab Naufal.

Violet, gebetan Naufal yang sudah lama pria itu incar. Levita sudah tahu kebenaran tentang hubungan Violet dan Jingga. Ternyata, pancaran tulus dari mata Jingga semua hanya bohong, Levita tertipu dengan wajah tampan dan polos Jingga.

Reaksi Levita saat tahu kebenarannya, adalah mencari Jingga dan menghabisi pria itu. Wajah Jingga penuh dengan cakaran dari kuku Levita, dan jambakan di rambutnya.

Saat itu, Levita sangat emosi dan marah, tidak terima jika sahabatnya di perlakukan buruk dan tidak layak oleh Jingga. Kehilangan Violet saat Levita, Arsen dan Naufal pergi ke luar kota, adalah di sekap di dalam sebuah ruangan oleh Jingga.

Jingga pun memperlakukan Violet seperti boneka. Setelah menghabisi Jingga hingga babak belur, pulang ke rumah langsung kena ambek Arsen. Tapi kali ini, Arsen ngambek karena gak di ajak. Kalau Arsen di ajak, Jingga sudah tinggal nama.

Naufal juga tidak diam saja, justru Jingga babak belur seperti itu karena ulah Naufal. Untung saja sekarang, Violet bertemu dengan Naufal, pria yang benar tulus mencintainya dari pandangan pertama.

Pria polos yang hanya mementingkan diri sendiri, akhirnya menemukan cinta sejati, gadis cantik yang tidak pernah merasakan tulusnya kasih sayang.

"Apa sih, ngomongin ya!" pekik Violet dari jarak yang lumayan jauh.

Gadis jangkung itu berlari kecil lalu berdiri di samping Naufal dan di hadapan Levita. Levita senang, akhirnya senyum Violet tidak lagi palsu.

Tangan Naufal merangkul pundak Violet. "Nih, Kakak ipar aku kepo banget," adu Naufal.

"Dieh, gue cuma nanya Lo kenapa di sini Mulu. Sumpah ya Na, gue bosen liat wajah Lo di kampus ini, udah cukup gue liat Lo di rumah," kata Levita.

Akhir-akhir ini, Naufal sering menginap di rumah Arsen, dengan alasan ingin lebih mendekatkan diri pada sang Kakak, padahal ingin pdkt dengan Violet yang sementara waktu tinggal di rumah Arsen dan Levita, karena Violet di usir dari rumahnya.

"Masa ia Lo bosen liat muka tampan gue yang mirip V BTS." Percaya diri Naufal.

Tak terima idolanya di samakan dengan Naufal, Violet langsung mendelik dan mencubit pinggang Naufal. "Enak aja suami aku di samain sama kamu, masih gantengan suami aku lah," kata Violet.

"Makasih, emang aku ganteng banget," jawab Naufal.

"Apa sih, dia muji Taehyung bukan gayung," elak Levita.

"Gue, kan, suami masa depan Violet. Ya, gak?" godanya.

"Suami suami, kerjain skripsi yang bener, biar cepet lulus terus cari kerja, bocil!" protes Arsen yang tiba-tiba ada di samping Levita. "Lama banget sih, katanya ngambil jurnal doang," keluh Arsen yang ternyata menunggu Levita.

Levita nyengir, lalu pamit sebentar pada ketiga orang disana untuk pergi ke dalam kelas membawa jurnal yang tertinggal di dalam kelas.

Sesudah mengambil jurnal, Levita langsung kembali, tapi ternyata hanya ada Arsen di sana, Violet dan Naufal sudah menghilang, mungkin mereka ingin lebih mendekatkan diri satu sama lain, seperti Levita dan Arsen sekarang.

Meskipun sudah menikah, tapi keduanya masih belum mengenal satu sama lain, seperti kesukaan masing-masing.

"Udah?" tanya Arsen pada Levita yang sudah masuk ke dalam mobil.

Levita mengangguk. Hari ini, mereka berdua akan jalan-jalan ke sebuah pameran yang tak jauh dari rumah mereka. Pameran pasar yang di adakan satu bulan sekali.

Banyak macam-macam jajanan dan juga permainan di sana, membuat Levita senang. Karena pada dasarnya, Levita lebih senang bermain seperti ini, dari pada bermain ke bar, mall, atau tempat karaoke.

"Kak, mau tteokboki," tunjuknya pada sebuah jajanan Korean streat food yang tak jauh dari mereka.

Arsen pun menuruti apa kemauan Levita saat ini. Ternyata makanan yang di inginkan Levita sudah habis di makan oleh sendirinya, meskipun menawari Arsen, tapi tetap saja ia habiskan dengan sangat rakus.

Itu bukan suatu masalah buat Arsen, melihat Levita makan banyak saja membuatnya bahagia.

Sudah banyak makanan pedas masuk ke dalam perut Levita saat ini, hanya es serut saja makanan manis yang ia beli.

"Kak, aku pengen rujak!" rengeknya.

"Kamu udah banyak makan pedes, nanti magh kamu kambuh gimana?" tanya Arsen.

Levita tetap saja merengek. "Ayo lah Kak, terakhir deh, pengen rujak, ya..."

"Levita sayang, kalau kata aku enggak enggak, ya. Kamu udah banyak makan pedes hari ini," tolak Arsen lembut.

Bibir Levita di tekuk seperti anak kecil yang tidak di bolehkan membeli sesuatu oleh orang tuanya.

"Jangan kaya gitu, sayang. Nanti aku cium," ancam Arsen.

Levita malah sengaja memonyongkan lebih maju bibirnya, membuat Arsen menghela nafas, kemudian mendekatkan wajahnya pada Levita yang langsung memundurkan wajahnya.

"ET, gak kena," canda Levita.

Arsen yang merasa di permainkan langsung mencekal tangan Levita, tapi Levita menepis dan berlari dengan wajah meledek Arsen.

Akhirnya mereka berdua berlarian di tengah-tengah pameran. Untung saja semua orang tidak memandang mereka dengan tatapan aneh, semua orang malah melihat mereka dengan kebahagiaan.

Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang