61- Painful

5.3K 468 76
                                    

Jisoo kembali menggenggam erat tangan kurus sang bungsu yang dingin. Membiarkannya basah oleh air mata, karena sungguh ia tak kuasa membendung air matanya lagi di hadapan Lisa.

Dengan jelas Jisoo dapat mendengar deru napas adiknya yang begitu berat dibalik masker oksigen itu. Wajah mungil Lisa yang memucat, juga pipi nya yang kian hari mulai menirus. Menyaksikan semua penderitaan yang dialami Lisa oleh kedua matanya sendiri benar-benar menyakitkan bagi Jisoo.

Empat hari sudah berlalu sejak malam yang menyesakkan itu. Namun Lisa belum juga kunjung membuka kedua matanya.

Dan selama itulah Jisoo terus menunggu, tak peduli sudah malam sekalipun, ia tetap tidak berniat untuk beranjak dari ruangan. Begitu takut jika ia tidak ada disamping sang adik saat tersadar nanti.

"Lisa-ya, kau masih belum ingin membuka matamu?"

"...Bangunlah, jangan tidur terlalu lama. Kau ingin unnie mu ini terus menangis seperti anak kecil?" Jisoo berujar lirih sembari mengecup punggung tangan Lisa yang dibaluti infus.

"Miane, karena takut
aku pergi begitu saja saat itu. Padahal kau membutuhkan ku, tapi... Unnie mu ini hanya seorang pengecut, Lisa." Rasa sesak kembali menyergap membuat air mata luruh untuk yang kesekian kalinya.

Mengingat betapa bodohnya ia di malam itu yang pergi meninggalkan Lisa hanya karena rasa takutnya, benar-benar meninggalkan rasa bersalah yang amat mendalam bagi Jisoo.

Ia tidak sanggup, perasaan nya akan melemah jika melihat Lisa kesakitan. Dunia nya seakan terhenti kala itu, karena ia hanya bisa menatap dalam diam tanpa berbuat apa-apa.

"Aku tidak bisa menjagamu, aku tidak bisa melindungi mu. Ini salahku, Lisa-ya. Aku tidak bisa melakukan apapun, termasuk untuk mencegah mu waktu itu." Yeoja Lee itu kembali berujar dengan tangan yang tampak meremas selimut Lisa hingga kusut. Menyalurkan rasa bersalah dalam benaknya, karena begitu sesak dan membuat nya tidak tenang.

Jisoo tahu semua itu sia-sia. Rasa sesak yang mengikat nya ini tidak akan hilang sebelum ia mendengar suara Lisa. Keputusasaan yang mulai memuncak ini tidak akan sirna sebelum sang adik membuka mata.

"Karena itu, biarkan aku egois kali ini saja. Tetaplah bertahan untuk ku, Lisa-ya. Bertahan lah untuk kami, jebal." Jisoo kembali berujar berharap Lisa dapat mendengar semua ucapannya. Permintaan ini mungkin terkesan egois. Meminta sang adik untuk bertahan, agar rasa bersalah tidak lagi menghantui nya.

Jisok tidak akan sanggup bila terjadi sesuatu yang buruk pada Lisa. Dan jika hal itu memang terjadi, maka...

Ia benar-benar akan gila.

"Kau sudah berjanji akan baik-baik saja. Jadi aku mohon, Lisa-ya. Bukalah matamu."

. . . .

Suara derap langkah yang terdengar buru-buru itu menggema di sepanjang koridor yang ia lalui. Entah sudah berapa kali Jungkook kembali menginjakkan kaki di rumah sakit.

Namun langkah nya selalu terhenti di depan pintu ruangan Lisa, karena hari ini pun lagi-lagi yeoja sulung Lee itu masih berada di dalam sana dengan suara tangisan yang terdengar samar dari luar.

"Sepertinya Jisoo masih berada di dalam," Jungkook tersentak kaget mendengar ucapan Jehoon yang datang tiba-tiba.

Sontak ia langsung membungkuk memberi salam, lalu kembali menatap pintu di hadapan nya yang tertutup rapat.

"Bukankah sudah 4 hari?"

"Hm, dia tidak pernah keluar kecuali untuk mengambil baju ganti." Pria paruh baya itu menjawab pertanyaan Jungkook yang tampak sedikit kecewa. Mungkin karena ia tidak diberi kesempatan untuk melihat Lisa meski hanya sedetik sekalipun.

Beside You[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang