"Akhirnya kau pulang juga, Jisoo unnie."
Mata hitam yeoja bersurai hitam itu tampak menatap lekat adiknya yang tengah duduk di salah satu kursi tamu. Jisoo mendelik setelah merasa bahwa kini ia sedang di tatap dengan wajah tak senang dari gadis bermata kucing itu.
"Wae geurae? Kenapa kau belum tidur?"
"Bagaimana bisa aku tidur setelah apa yang terjadi disini?"
"Apa maksud mu?" Jennie menghembus napasnya kesal ketika melihat reaksi dari kakak sulung nya. Tentu saja yeoja itu tidak tahu apapun jika setiap harinya selalu saja di sibuk kan dengan urusan rumah sakit.
"Kau berubah, unnie."
"Apa kau ngelantur? Tidak ada yang berubah dariku."
"Kau tidak akan pernah tahu karena kami lah yang menyadari nya," Jisoo tertawa hambar saat mendengar ucapan Jennie. Entahlah, ia merasa bahwa sikap adiknya itu terlalu kekanakan.
"Aku lelah, lebih baik kau juga tidur sekarang."
"Semua ini terjadi karena anak itu," langkah Jisoo terhenti, ia berbalik sembari menatap jengah gadis mandu itu. Ia sama sekali tidak menyukai perkataan Jennie hingga rasa kesal itu pun mencuat begitu saja.
"Kau sadar dengan ucapan mu barusan, Jennie-ya?"
"Tentu saja. Yang kukatakan memang benar, kan? Sejak anak itu datang ke mansion ini selalu saja ada masalah. Apa kau sama sekali tidak menyadari hal itu, unnie?" Jisoo tampak memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut.
Sungguh, ia sudah sangat lelah sekarang. Sejak pagi ia terus menangani pasien yang datang tiada henti. Dan setelah pulang pun bukannya istirahat ia justru mendengar kalimat yang tidak menyenangkan dari adiknya itu.
"Kau masih saja mempermasalahkan hal ini, Jennie? Aku mohon berhentilah bersikap kekanakan. Jika kalian menerimanya dengan sepenuh hati, maka masalah seperti ini tidak akan pernah terjadi."
"Menerima? Jangan bercanda, bagaimana bisa aku menerima kehadiran seseorang yang selalu merusak kebahagiaan keluarga ini?" yeoja bersurai hitam itu menegak saat mendengar suara Jennie yang meninggi.
Gadis mandu itu, ia tampak begitu marah. Sikap yang ditunjukkan sang kakak benar-benar menjengkelkan untuk nya.
"Apa kau lupa bagaimana angkuh nya anak itu dengan mengatakan tidak akan pernah menerima kita sebagai keluarga nya? Lalu kenapa sekarang aku harus menerima nya? Katakan padaku!" suara bentakan gadis mandu itu terdengar menggema memecahkan keheningan. Jisoo pun tampak terdiam tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Bahkan waktu itu dia sudah memilih untuk pergi dari mansion ini. Lalu dengan tidak tahu malunya anak itu datang dan kembali menghancurkan keluarga ini!"
"Jaga bicara mu, Jennie-ya! Anak yang kau sebut itu adalah adikmu!"
"Dia bukan adikku!" Jisoo tersentak, suara bentakan Jennie telah membuat nya bungkam. Bahkan gadis mandu itu tampak terengah karena terus berteriak dalam keadaan marah.
Suasana di ruang tamu pun mendadak menjadi sesak. Dalam hening Jisoo menatap adiknya yang kini tengah berdiri di hadapan nya. Jika ia ingat, ini adalah kali pertama mereka bertengkar dengan cukup hebat.
Jisoo juga tidak pernah mendapati adiknya semarah dan semurka ini padanya. Jennie, dia seakan hilang kendali. Tidak peduli siapa lawan bicara nya ia hanya terus berteriak untuk mengutarakan isi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You[End]✔
KurzgeschichtenMereka disatukan oleh sebuah hubungan dalam ikatan persaudaraan. Tidak akan ada yang bisa memutuskan ikatan ini. Baik jarak, bahkan kebencian sekalipun.