"Yejin-ah, dimana anak-anak?"
Pria paruh baya itu berujar sembari mengedarkan pandangan nya ke seisi mansion. Ia baru saja kembali dari kantor, dan sayangnya tidak menemukan tanda-tanda keberadaan keempat putrinya itu di sana.
"Mereka pergi sebelum kau pulang."
"Pergi kemana? Sebentar lagi hujan akan turun, dan mereka belum juga kembali."
"Dua hari lagi kita akan pergi ke Melbourne, jadi mereka ingin membeli hadiah untuk pernikahan Yoona nanti." Jehoon pun mengangguk mengerti.
"Apa Chaeyoung juga pergi bersama mereka?"
Yejin hanya diam. Melihat hal itu Jehoon pun menghela napas panjang. Meski sang istri tidak mengatakan apapun, ia tahu bahwa Chaeyoung tidak akan mungkin pergi setelah apa yang terjadi diantara mereka.
Jehoon tidak tahu kapan semua ini akan berakhir. Belakangan ini pun mereka tidak lagi berkumpul bersama seperti dulu. Tidak hanya itu, gadis itu terus saja berusaha untuk menghindari mereka bahkan enggan meski hanya untuk bertatap muka.
Ditengah keheningan itu, perhatian Yejin dan Jehoon pun teralihkan ketika melihat Chaeyoung yang baru saja keluar dari ruang musik. Dan meski sudah di panggil berkali-kali pun, tetap saja gadis blonde itu acuh dan tak ingin berbalik sedikit pun.
"Apa kau sama sekali tidak mendengar kan panggilan ku, Chaeyoung?" suara bariton sang ayah yang mulai meninggi itupun berhasil menghentikan langkah Chaeyoung.
Dengan ragu ia pun berbalik sembari menatap kedua orang tuanya satu persatu.
"Ada apa dengan mu? Kau sudah tidak lagi menganggap orang tua mu ini?" pertanyaan Jehoon membuat Chaeyoung menegak. Ia dapat melihat raut wajah ayahnya yang tampak begitu marah. Dan karena tidak ingin berdebat ia pun memilih untuk diam dan hanya menunduk.
"Jehoon, tenangkan dirimu."
"Tenang? Setelah melihat sikapnya yang terus saja mengabaikan kita seperti ini?" Yejin menggeleng pelan sembari mengusap punggung sang suami dengan lembut. Ia berusaha untuk menenangkan nya yang kini tersulut oleh api kemarahan.
Setelah merasa bahwa kini Jehoon mulai tenang, wanita paruh baya itupun beralih menatap putrinya yang masih menunduk. Yejin pun melangkah menghampiri Chaeyoung, menepuk pelan bahunya agar gadis blonde itu menunjukkan wajahnya.
"Apa kau sudah makan malam, Nak?"
"Hm, sudah."
"Kalau begitu duduklah disini, eomma ingin bicara padamu." perlahan Yejin menarik tangan putrinya itu untuk duduk bersamanya di sofa ruang tamu. Tentu saja diikuti oleh Jehoon yang juga duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
Tapi kini mereka justru saling terdiam. Mungkin karena sudah sangat jarang tidak berkumpul bersama lagi akhirnya kecanggungan inipun terjadi. Tapi Yejin berusaha untuk membuat mereka kembali nyaman seperti dulu.
"Apa yang ingin eomma bicarakan padaku?"
"Eoh, kau sudah tahu kan bahwa dua hari lagi kita akan berangkat ke Melbourne?" gadis blonde itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia pikir ada hal penting apa yang ingin ibunya itu bicarakan, tapi ternyata dugaannya salah.
"Saat sarapan pagi tadi, eomma sudah meminta Lisa untuk mengatakan padamu agar kau segera mengambil cuti di kampus. Jadi apa kau sudah---"
"Aku tidak akan pergi."
"Mwo?" Yejin terhenyak.
Bagaimana tidak, tanpa ragu putrinya itu mengatakan bahwa ia tidak ingin pergi bersama mereka. Bahkan Jehoon pun tidak percaya akan mendengar hal itu dari Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You[End]✔
Historia CortaMereka disatukan oleh sebuah hubungan dalam ikatan persaudaraan. Tidak akan ada yang bisa memutuskan ikatan ini. Baik jarak, bahkan kebencian sekalipun.