Semua kebahagiaan dan candaan yang beberapa saat lalu mereka rasakan kini semuanya seakan lenyap. Hanya ada rasa takut dan kegelisahan yang mulai menyelimuti diri saat ini.
Setiap pasang mata keluarga Lee juga tampak menatap pintu IGD dengan perawat yang terus saja keluar masuk. Dan meski sudah dua jam berlalu mereka habiskan hanya untuk menunggu, tetap saja tidak ada kabar apapun tentang Lisa.
"Sebenarnya apa yang terjadi," gadis mandu itu berujar lirih dengan pandangan nya yang tak lepas menatap pintu besar bewarna putih di hadapan nya.
Ia tidak percaya semua ini akan terjadi. Mereka baru saja menghabiskan waktu bersama untuk bersenang-senang. Dengan mata kepala nya sendiri Jennie melihat bagaimana adik bungsunya yang tersenyum bahagia.
Tapi semua itu justru sirna, dan kini yang tersisa hanyalah air mata dan rasa sakit.
"Jisoo unnie, apa kau tahu sesuatu? Kau tahu kan apa yang terjadi pada nya?" Tidak ada jawaban. Jennie pun mendesah kesal karena hanya mendapat kan keheningan dari kakak sulung nya itu.
"Eomma, kau tahu sesuatu kan? Katakan padaku, Lisa akan baik-baik saja kan?" gadis mandu itu kembali beralih menghampiri sang ibu yang sedari tadi terus menangis terisak. Dan sama saja, seperti nya saat ini Yejin sudah hanyut dalam tangisan nya.
"Kenapa kalian hanya diam saja? Katakan padaku, apa adikku akan baik-baik saja? Jebal, katakanlah sesuatu. Keheningan kalian ini sudah membuat ku sangat takut," gadis mandu itu mulai luruh di atas lantai yang dingin. Menangisi dirinya sendiri yang bahkan tidak tahu apapun yang terjadi pada adiknya sekarang ini.
"Jennie-ya, tenangkan dirimu."
"Aku tidak bisa tenang, appa. Tidak akan bisa. Appa lihat sendiri bagaimana keadaan nya tadi, kan? Lihat bagaimana pucat nya wajah adikku, bahkan untuk bernapas saja dia sudah sangat kesulitan."
Jehoon tampak mengusap wajahnya yang basah sembari menghela napas panjang. Ia sungguh mengerti bagaimana perasaan mereka saat ini. Ada rasa takut yang bergejolak dalam benak mereka ketika melihat keadaan Lisa yang terlihat begitu memprihatinkan.
Namun ditengah rasa sakit itu sebisa mungkin ia harus menahan air mata ini. Sebagai seorang ayah dan suami, tentu ia tak ingin terlihat lemah. Setidaknya ia harus bisa menjadi tempat sandaran bagi keluarga nya yang mulai rapuh.
"Kau tahu bahwa adikmu adalah gadis yang kuat, kan. Lalu untuk apa kau takut, hm? Lisa pasti akan baik-baik saja, Jennie-ya." pelukan yang diberikan oleh sang ayah mampu menenangkan Jennie yang seakan hilang arah.
Jehoon belum pernah melihat putrinya yang serapuh ini. Tapi karena rasa sayang nya pada sang bungsu, hal itu lah yang telah menghancurkan dinding pertahanan yang membuat Jennie selalu kuat.
"Aku takut, appa. Hari ini aku baru saja melihat senyuman hangat dari Lisa, dia terlihat begitu bahagia. Tapi hari ini juga, aku sudah kehilangan senyuman darinya."
"Aniyo, kata siapa kita akan kehilangan senyuman darinya? Bukankah sudah appa katakan, uri Lisa kita akan baik-baik saja. Percayalah," ditengah isak tangis itu Jennie hanya mengangguk karena untuk mengucapkan sepatah katapun sekarang ia sudah tidak kuasa.
Semua kejadian ini terjadi begitu tiba-tiba hingga mereka pun tidak pernah menyangka nya.
Padahal gadis itu selalu saja tersenyum, dan tidak menunjukkan hal buruk apapun. Tapi semua kebahagiaan itu hilang dalam sekali renggut. Menyisakan air mata dan luka yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You[End]✔
Historia CortaMereka disatukan oleh sebuah hubungan dalam ikatan persaudaraan. Tidak akan ada yang bisa memutuskan ikatan ini. Baik jarak, bahkan kebencian sekalipun.