"Eomma, sampai kapan kita hanya akan menunggu disini? Aku ingin masuk," Jennie kembali mengatakan kalimat yang sama untuk yang kesekian kalinya.
Mereka sudah menunggu di luar sejak dua jam yang lalu. Tapi sampai sekarang pun mereka masih saja tidak diizinkan masuk untuk melihat keadaan Lisa.
"Dokter Cho sudah bilang kalau kita tidak akan bisa masuk sampai besok pagi, kan?"
"Tapi kenapa harus selama itu? Aku tidak bisa membiarkan Lisa sendirian di dalam sana, eomma." Yejin tampak mengukir senyum tipis nya.
Ia tahu bahwa saat ini Jennie sangatlah mengkhawatirkan keadaan Lisa. Tapi tetap saja mereka tidak bisa mengabaikan ucapan dokter, kan?
"Jennie-ya, sabarlah. Saat ini keadaan Lisa masih sangat rentan. Biarkan dia istirahat," mata kucing gadis mandu itu tampak memandangi sang kakak sulung yang tengah terduduk di kursi.
"Tapi unnie, bagaimana jika Lisa terbangun dan dia tidak menemukan kita di samping nya?"
"Itu tidak akan mungkin terjadi, karena orang pertama yang harus Lisa lihat saat terbangun adalah kita keluarga nya." Kalimat yang diucapkan oleh Jisoo membuat mereka tertegun.
Begitu juga dengan Jennie yang terdiam saat tidak sengaja melihat kakak sulung nya itu yang kembali menangis.
Entah kenapa ia merasa bahwa Jisoo tampak lebih sedih setelah berbicara dengan dokter Cho tadi. Ia tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena Jisoo pun tidak membahas hal itu.
"Bibi Yejin!" wanita paruh baya itu tersentak saat tiba-tiba mendengar seseorang yang memanggil namanya dengan cukup keras.
Samar-samar ia melihat seorang namja yang berlari kearah mereka dengan sangat terburu-buru. Bahkan sangking panik nya, ia hampir saja terjatuh karena lantai yang dipijak nya itu memang begitu licin.
"Kau, Han Jungkook?" dengan napas yang masih terengah namja itu mengangguk membalas pertanyaan Yejin.
Mendengar nama yang familiar itu, Jisoo pun menoleh. Menatap lekat namja seumuran adik bungsunya yang terlihat begitu lelah karena berlari.
"Han? Jadi kau Jungkook, teman masa kecil Lisa dan anak dari dokter Han?" namja bergigi kelinci itu kembali mengangguk.
Sekarang Jisoo mengerti kenapa ia begitu familiar dengan nama itu. Dan sekarang ia sudah melihat langsung bagaimana wajah anak yang sudah menjadi teman dan yang selalu menemani Lisa itu.
"Tapi bagaimana bisa kau tahu kami ada disini, Nak?"
"Eomma tidak sengaja melihat kalian disini. Dan saat aku tahu bahwa Lisa lah yang sakit, aku pun langsung pergi ke sini." Jisoo terhenyak.
"Lalu di mana dokter Han?" yeoja bersurai hitam itu tampak menoleh kearah tangan yang ditunjuk oleh Jungkook.
Tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang, wanita bermarga Han itu tampak berdiri dengan wajah nya yang sudah sembab. Sepertinya ia juga menangis saat tahu keadaan Lisa yang memburuk.
Perlahan dokter Han pun melangkah menghampiri Jisoo. Lalu menatap lirih pintu ruangan bewarna putih itu yang sampai saat ini pun masih tertutup dengan rapat.
"Jisoo-ya, Lisa baik-baik saja kan?" mendadak air mata itu kembali menggenang saat mendengar suara dokter Han yang begitu serak.
Entah sudah berapa lama wanita paruh baya itu menangis hingga matanya tampak membengkak. Dokter Han, dia benar-benar sangat menyayangi Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You[End]✔
Kort verhaalMereka disatukan oleh sebuah hubungan dalam ikatan persaudaraan. Tidak akan ada yang bisa memutuskan ikatan ini. Baik jarak, bahkan kebencian sekalipun.