"Ukh," gadis berponi itu meringis saat kepala nya mendadak berdenyut dengan sangat hebat.
Ia pun membuka kedua mata nya paksa saat secercah cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui sela-sela jendela kamar nya.
Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Lisa mencoba duduk di atas ranjang sembari memijit kepalanya yang masih saja berdenyut. Bukan hanya itu, seluruh tubuhnya juga terasa begitu sakit sekarang.
"Kau sudah bangun?"
"Eoh, Jisoo-unnie?" Yeoja bersurai hitam itu tampak tersenyum sembari duduk di samping ranjang sang bungsu. Jisoo juga tidak lupa membawa sarapan pagi untuk adiknya itu.
"Wae geurae? Kenapa terkejut seperti itu?"
"Unnie---"
Deg
Kedua mata hazel Lisa mendadak membulat. Ia juga tampak beranjak dari ranjang nya dengan tergesa-gesa hingga akhirnya ia terdiam dengan mulut yang menganga.
"Jisoo unnie, apa kau tahu?"
"Hm, sekarang kau tidak perlu menyembunyikan apapun dariku," Lisa bungkam. Ia tidak bisa mengatakan apapun seakan suaranya tercekat.
Meski samar Lisa ingat bahwa malam tadi ia tidak kuasa menenangkan dirinya. Ia juga ingat sempat memberantakan kamar nya ini, tapi ketika melihat kamarnya kini sudah bersih Lisa menjadi tambah yakin bahwa yang datang ke kamar dan memenangkannya waktu itu adalah Jisoo.
"Jangan berdiri saja, cepat duduk. Kau harus memakan sarapan mu."
"... Aniyo, aku tidak lapar unnie."
Jisoo menghela napas panjang. Setelah apa yang terjadi pada Lisa tadi malam, tentu saja adiknya itu menjadi tidak selera makan. Tapi Jisoo tidak ingin Lisa jatuh sakit, karena sekarang saja adiknya itu sudah terlihat begitu pucat.
"Jangan keras kepala, aku tidak ingin kau sakit Lisa." Gadis berponi itu menoleh kearah sang kakak dalam hening. Sebenarnya ia menjadi ragu, entah apa yang dipikirkan oleh kakaknya itu tentang dirinya sekarang.
"Apapun yang terjadi kau tetaplah adikku. Kajja, duduklah di samping ku." Lisa terhenyak. Gadis itu tampak menatap Jisoo yang sedang meletakkan sarapan pagi yang kakaknya itu bawa untuk dirinya. Lalu perlahan ia pun melangkah dan duduk di samping Jisoo sesuai dengan perkataan nya.
"Katakan padaku, apa sekarang perasaan mu sudah tenang?" Lisa mengangguk.
"Sebenarnya, apa yang terjadi? Kejadian seperti itu tidak akan terjadi tanpa alasan, kan?" gadis berponi itu tidak langsung menjawab. Jisoo sadar bahwa Lisa masih tampak begitu gusar, dan ia juga tak akan memaksa jika adiknya tidak ingin cerita.
"Geurae, tidak apa jika kau tidak ingin mengatakan nya. Tapi, Lisa-ya. Sejak kapan kau meminum obat ini?" Lisa terbelalak kaget saat Jisoo menunjukkan sebuah botol kecil berisi obat yang selama ini selalu ia sembunyikan. Mendadak lidahnya seakan kelu, sekarang apa yang harus ia katakan pada kakaknya?
"Unnie tahu ini bukanlah obat dari resep dokter. Itu sebabnya kau mencoba untuk menyembunyikan nya, kan?" Lisa menunduk. Mengelak pun tidak akan ada gunanya karena Jisoo juga seorang dokter. Sekarang yang bisa ia lakukan hanya pasrah, mungkin ini lebih baik dari pada berbohong.
"Aku meminum obat itu hanya saat kambuh saja."
"Benarkah? Apa kau tidak tahu betapa berbahaya nya obat ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside You[End]✔
Cerita PendekMereka disatukan oleh sebuah hubungan dalam ikatan persaudaraan. Tidak akan ada yang bisa memutuskan ikatan ini. Baik jarak, bahkan kebencian sekalipun.