Part 4

1.9K 158 18
                                    

Matahari sudah mulai tenggelam, menandakan hari sudah sore, dua gadis keluar dari sebuah mall yang besar dengan tangan membawa masing masing satu wadah plastik berukuran lumayan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari sudah mulai tenggelam, menandakan hari sudah sore, dua gadis keluar dari sebuah mall yang besar dengan tangan membawa masing masing satu wadah plastik berukuran lumayan besar. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Gaeun dan Hari.

"Hari, apa belanjaan kita tak terlalu banyak?" tanya Gaeun ragu melihat barang belanjaannya yang 80% adalah pilihan Hari untuknya.

Hari memutar bola matanya malas, "sudah lah Gaeun, lagi pula itu kan untuk dirimu sendiri. Kau ini sangat jarang pergi berbelanja." ujar Hari lalu memberhentikan taksi yang kebetulan lewat.

Kedua gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang, "tapi kan--." dengan cepat Hari menyumpal mulut Gaeun dengan roti isi.

"Diamlah, makan saja roti itu." ucap Hari lalu ikut memakan roti yang sempat tadi ia beli di mall.

Gaeun mengunyah roti yang Hari berikan, "kau ini selalu saja." gumam Gaeun pelan dan kembali memasukkan roti ke dalam mulutnya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Hari dan Gaeun sampai di gedung apartemen Shinbi. Mereka keluar dari dalam taksi setelah membayar sesuai tagihannya.

"Nanti malam aku harus tidur lebih awal." gumam Hari pelan namun masih bisa di dengar oleh Gaeun meski samar.

"He? Kenapa?" tanya Gaeun bingung dengan mata melirik Hari sekilas.

Dengan sedikit berjinjit, Hari merangkul pundak sahabatnya itu, "hei, apa kau ingin tertinggal bus besok?" bisik Hari di telinga Gaeun, dia kembali berdiri tegak lalu berjalan meninggalkan Gaeun yang masih berdiam diri.

"Tidak mungkin pak guru meninggalkan muridnya, kan?" tanya Gaeun seraya mensejajarkan langkahnya dengan Hari.

"Itu mungkin saja jika kau terlambat datang," sahut Hari dengan santai lalu memencet tombol dekat lift agar pintunya terbuka, "katanya, kita akan berangkat pagi, sekitar jam tujuh." Hari masuk ke dalam lift di ikuti Gaeun.

"Apa kau di antar Ayah Ibu mu?" tanya Gaeun tanpa menatap Hari.

Hari berfikir sebentar, "mungkin tidak, Ayah dan Ibu sibuk," sahut Hari, "bagaimana kalau kita berangkat bersama besok?" tawar Hari.

"Boleh saja." sahut Gaeun pelan. Mereka sampai di lantai empat dan pintu terbuka, Hari keluar setelah mengucapkan selamat tinggal.  Menyisakan Gaeun sendiri di dalam lift, dia naik ke lantai lima untuk ke kamarnya.

Helaan nafas kecil keluar dari mulut Gaeun, pintu lift terbuka lebar, dengan cepat ia keluar dan berjalan menuju kamarnya. Tangan kanan Gaeun terulur untuk membuka kunci pintu itu, setelah terbuka dia masuk dan menutup pintu itu.

Gaeun menaruh barang belanjaannya di atas ranjang dan dia duduk di sofa guna mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Di sandarkannya punggung nya itu di sandaran sofa sembari meejamkan matanya sekejap.

Kedua mata itu kembali terbuka saat mendengar suara ketukan pelan dari arah balkon, "ian?" gumam Gaeun lalu berdiri dari duduknya dan membuka pintu pembatas antara balkon dan kamarnya itu.

Shinbi's House: Gaeun Lee And IanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang