Ian, pria dengan paras tampan itu saat ini tengah melompat dari atap rumah satu ke atap yang lainnya, di temani kerlip bintang malam dan bulan yang terlihat mengikutinya. Dia terus melakukan itu tanpa rasa lelah hingga kedua kakinya tepat mendarat di balkon kamar seseorang.
Dengan pelan, Ian mengetuk pintu pembatas balkon itu beberapa kali, dan akhirnya muncul seorang gadis dengan rambut basahnya, "kau baru selesai mandi?" tanyanya pelan.
Gadis itu mengangguk kecil lalu membuka pintu itu lebar, "masuklah" ujarnya. Gaeun Lee, gadis dengan wajah cantik di tambah rambut panjangnya, senyum manis yang mampu membuat seorang pemburu bernama Ian tergila gila.
Ian duduk di sofa seraya menatap Gaeun yang duduk di depan cermin besar dengan tangan yang menyisir rambutnya, Ian berjalan pelan mendekati Gaeun dan mengambil alih sisir di tangan Gaeun lalu menyisir rambut panjang gadis itu.
"Ada apa? Tumben sekali datang." ujar Gaeun bertanya seraya menatap Ian dari cermin.
"Tidak, aku hanya merindukanmu," sahut Ian lalu tersenyum manis, "apa tidak boleh?" ujarnya balik bertanya dengan wajah yang di buat merajuk.
Gaeun memutar bola matanya malas, "drama bayi besar." gumamnya pelan.
Ian terkekeh pelan melihat tingkah Gaeun yang menurutnya lucu, "bagaimana sekolah mu hari ini?" tanya Ian seraya menaruh kembali sisir di tangannya ke meja rias.
"Hanya teman teman ku saja." sahut Gaeun pelan.
"Benarkah? Apa ada temanmu yang lebih tampan dariku?" tanya Ian bercanda. Dia menarik pelan lengan Gaeun agar mengikutinya ke balkon.
Senyum kecil terbit di bibir Gaeun, "ada, dia sangat keren dan tampan." sahutnya antusias.
Ian melirik Gaeun sekilas seraya sedikit mengerutkan keningnya, "siapa dia? Akan ku habisi dia karena sudah berani membuat gadisku berpaling." ujar Ian sedikit cemburu.
"Benarkah kau akan menghabisinya?" tanya Gaeun semakin memancing rasa cemburu Ian, "bagaimana kalau dia salah satu temanmu?" tanya Gaeun lagi membuat Ian benar benar menatap gadia itu lekat.
"Teman? Akan tetap aku habisi," ujar Ian tak santai, dia merangkul pundak Gaeun, "karena kau adalah milikku dan sampai kapan pun akan seperti itu." lanjutnya seraya mencubit pelan hidung mancung Gaeun.
Gaeun menyingkirkan tangan Ian yang berada di hidungnya dan menggenggam tangan dingin itu, "Apakah ada manusia dengan wajah setampan pemburu di depanku ini?" tangan kiri Gaeun mencubit pelan pipi Ian, "kau ini terlalu cemburuan, kau tau itu?" lanjutnya.
"Ah, kau menpermainkanku ternyata? Baiklah.." Ian menggelitik pinggang Gaeun membuat sang empu tertawa geli dan refleks memundurkan langkahnya perlahan.
Hampir saja Gaeun terjungkal jika Ian tak dengan gesit menahan tubuhnya, "beruntung bukan, memiliki seorang pemburu di dekatmu?" ujarnya lalu menarik tubuh ramping Gaeun agar kembali berdiri tegak.
"Ya ya, kau memang benar" ujar Gaeun malas, pada akhirnya mereka sama sama tertawa bersama bagai mereka adalah pasangan paling bahagia di dunia ini.
Kebahagiaan mereka terhenti sejenak saat mendengar teriakan Hari Koo dari bawah. Gaeun dan Ian sama sama menatap ke arah Hari yang sedang berdiri dan melambaikan tangannya ke atas, "apa yang sedang kalian lakukan di sana? Apa ini hari spesial kalian?" tanya Hari dengan sedikit berteriak agar Gaeun bisa mendengar ucapannya dengan jelas.
"Hai Hari," Gaeun ikut melambaikan tangannya, "bukan, kami hanya sedang bercanda." ujarnya.
"Apa pun itu, kalian sudah membuatku iri" Hari melipat kedua tangannya di depan dada membuat Gaeun dan Ian terkekeh kecil.
"Hari, dimana kekasihmu itu?" tanya Ian iseng.
Hari menatap Ian tajam sekaligus kesal, "hei, Kang Lim bukan kekasihku," tegas Hari, "dia hanya teman. Teman biasa, iya teman biasa." Hari membuang wajahnya tanda kesal.
"Benarkah? Bisakah kau berbalik badan?" ujar Ian seraya tersenyum jahil. Meskipun kesal dan bingung, namun Hari tetap membalikkan badannya.
Hari di buat terkejut sangat, "Ka-Kang Lim?" Hari terkekeh pelan seraya menggaruk tengkuknya gugup, "itu tadi aku hanya bercanda. Mereka mengejekku, jadi..jadi aku--"
"Hari, kau tak pandai dalam berbohong" teriak Gaeun lalu pergi bersama Ian. Hari menatap kepergian kedua orang itu dengan cengo, namun ia kembali menatap Kang Lim saat dia memanggilnya.
"Apa yang sedang kau lakukan malam malam di luar?" tanya Kang Lim seraya memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya.
"Aku hanya membuang sampah dan berbincang dengan Gaeun dan juga Ian"
Kang Lim menatap kedua bola mata Hari lekat, "masuklah, cuaca di luar sini sangat dingin, kau akan terkena flu jika terus berada di luar." ujarnya pelan.
"Tapi kau juga di luar, kenapa aku tidak boleh?" tanya Hari seraya menatap Kang Lim kesal.
"Masuklah, sampai jumpa besok." Kang Lim meninggalkan Hari di sana sendirian. Hari hanya menatap kepergian Kang Lim sebentar lalu masuk ke dalam gedung yang sudah beberapa tahun ini menjadi rumahnya.
Hallo guys, jangan lupa klik tombol bintang ya..
👇🏻klik:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinbi's House: Gaeun Lee And Ian
Fiksi Penggemar[Slow Update] Cerita ini hanya karangan belaka. Tidak bermaksud menyinggung atau mengubah sifat asli tokoh pemeran di serial 'Shinbis House'. Beberapa Part mungkin Author ambil dari kisah nyata di film. Happy Reading. semoga suka;)