Gadis dengan netra ungu dan rambut panjang yang tidak bisa di bilang rapi, tengah duduk di lantai dan memeluk erat kedua lututnya. Sesekali dia akan bergumam tidak jelas, di lengkapi air mata yang mengalir di pipi halusnya.
Siapa lagi kalau bukan Gaeun, dia sedang berada di ruangan kumuh yang tidak terlalu luas dengan keadaan ruangan gelap gulita. Hanya cahaya remang bulan yang masuk melewati celah kecil jendela.
Gaeun mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu yang terbuka, dengan cepat dia memundurkan tubuhnya. Lagi-lagi air matanya tiba-tiba mengalir saat melihat orang orang itu, entah karena terkejut atau takut.
Rasanya tubuh Gaeun sudah tidak mampu di gerakkan, saat tatapan orang itu menatapnya dengan sangat intens. Gadis itu hanya bisa terdiam kaku, dan berdoa dalam hati agar ada orang yang menolongnya lalu membawanya pergi jauh dari tempat menakutkan ini.
Sebenarnya apa yang mereka inginkan?! Sudah berjam-jam aku ada di tempat ini, Gaeun terus berfikir kemungkinan kemungkinan yang terjadi jika ia terus berada di tempat ini.
"Jika kau bertanya kenapa aku tidak melukaimu, maka aku akan menjawab 'tidak sebelum Tuanku mencicipi darahmu'." pria itu tertawa lepas saat melihat raut wajah Gaeun yang kebingungan.
"Apa yang kalian semua lakukan disini?! Keluar atau kau akan binasa." suara lantang seseorang terdengar jelas menggelora di ruangan itu. Gaeun sedikit mengerutkan keningnya karena merasa familiar dengan suara itu.
Orang orang yang tadi bergerombol mengitari Gaeun, saat ini langsung menyingkir dan berdiri di tepian tembok. Dan itu membuat Gaeun dengan sangat mudah melihat orang yang tadi berbicara. Pria dengan Hoodie hitam dan mengenakan kacamata hitam, tangan yang ia masukkan kedalam saku Hoodie menambah kesan keren tersendiri.
"Noel?!" kaget Gaeun setelah mengamati orang itu.
Pria itu sedikit menurunkan kacamatanya, "kau mengenaliku, Gaeun," Noel tersenyum kecil lalu berjalan pelan mendekati Gaeun, dia berjongkok di hadapan gadis itu, "kau merasa nyaman?" ujarnya.
"Apa maksud semua ini?" tanya Gaeun pelan seraya menatap wajah Noel, "apa kau sengaja menculik ku?" Gaeun semakin memundurkan tubuhnya waspada.
"Ayolah, bukan aku yang menculik mu, meraka yang membawamu ke tempat ini, 'kan?" Noel kembali berdiri lalu menatap seluruh anak buah bayarnya itu, "kalian sudah di perbolehkan pergi." ujarnya.
"Apa? Kami sudah penat menangkap pemilik darah itu, dan kau dengan seenaknya menyuruh kami pergi?! Bodoh!" sarkas salah satu dari mereka yang mungkin adalah pemimpinnya.
"Ya, sebaiknya kau lah yang pergi." ucap salah satu anteknya, "bos, beri saja pelajaran pada bocah Vampir itu." lanjutnya mengompori bos-nya itu.
"Tidak seru jika melawan Vampir tanpa pengenalan diri," ucap si-bos dengan lagak angkuhnya, ia menatap Noel seolah meremehkan kemampuannya, "aku Jhon, pemburu terkuat di hutan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinbi's House: Gaeun Lee And Ian
Fanfiction[Slow Update] Cerita ini hanya karangan belaka. Tidak bermaksud menyinggung atau mengubah sifat asli tokoh pemeran di serial 'Shinbis House'. Beberapa Part mungkin Author ambil dari kisah nyata di film. Happy Reading. semoga suka;)