Butuh Mikir

6 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

Sebentar.

Sebelum cerita, gue mau tanya.

Kalian pernah nggak sih, berpikir kalau kejadian tentang si cewek biasa saja ditaksir balik sama si cowok istimewa yang sering ditampilkan di drama televisi atau buku-buku fiksi akan benar-benar bisa kalian alami?

Kalau gue sih, ya jelas sering!

Hobi gue saja berimajinasi.

Namun, sumpah gue nggak pernah memikirkan hal semacam itu dalam kasus kali ini.

Bayangin dong, gue anak baru. Ya dia juga anak baru, sih. Kami setingkat, cuma berbeda kelas. Gue jomblo, dia sudah ada yang punya.

Anak kelas seberang tuh pacarnya.

Cantik.

Kalau gue yang melihat sih, pacarnya itu sosok cewek yang cantiknya lebih ke keren gitu daripada kalem. Semacam Jennie BLACKPINK, tahu?

Ya tubuhnya juga sekecil Jennie. Kalah isinya saja.

Pacar dia itu ya kurus. Lurus gitu, maksud gue.

Bukan maksud gue body shaming ya. Gue cuma menjabarkan apa yang gue lihat biar kalian bisa lihat juga dalam pikiran masing-masing.

Oke, tinggalkan dulu masalah si pacar. Kita balik lagi ke dia.

Sudah punya gambaran kan, gimana fisik dia dari siapa pacarnya?

Iya, dia ganteng. Putih. Meski tidak terlalu tinggi, tapi ya terlihat proporsionallah dengan tubuhnya.

Meski satu teman laki-laki gue ngomong kalau si Dejun ini lebih terkesan nggak laki cuma gegara sering pakai losion--yang artinya hal ini jugalah yang bikin kulit dia terlihat lebih bersih dibanding anak-anak cowok di angkatan kami--gue tetap suka ke dia. Bodoamat sama warna kulit gue yang juga kalah bersih darinya. Nggak peduli tubuh gue lebih banyak lemak dibanding tubuh pacarnya, rasa untuk Dejun tetap ada.

Intinya, gue suka ke dia!

Iya, suka yang suka banget, tapi bisanya cuma mendem.

Lantas....

Bisa bayangkan bagaimana perasaan gue ketika dengar Lucas ngomong kalau Dejun ngajak gue pulang bareng?

Fak!

Iya, Dejun pingin gue duduk di belakangnya selama perjalanan pulang ke rumah siang nanti!

Oh, jelas, gue nggak mimpi! Karena di depan sana masih ada Pak Prayudi yang menjelaskan mengenai pengaruh gravitasi Bumi ini.

"Nggak usah bikin gue ge-er, bisa?!" bisik gue ke Lucas saat Pak Pra menghadap ke whiteboard untuk menulis satu rumus.

"Sumpah, gue nggak ngarang! Dejun yang bilang tadi pas istirahat. Dia kan tau kalau di kelas gue duduknya sama lo, nyet!"

Bibirku mengatup. Gigi menggelatuk.

Lucas menarik diri. Mungkin takut setelah lihat rahang gue mengeras seperti saat-saat gue mau menyerangnya.

Padahal dalam hati, gue nggak ada niat buat menghajarnya sama sekali. Gue cuma berusaha untuk nahan diri karena sadar kalau nggak boleh teriak saat ini.

Namun, tetap saja kasus yang gue alami ini terasa sangat janggal di hati.

Maka ketika akhirnya bel istirahat kedua berbunyi, gue menarik seragam bagian leher Lucas sebelum anak itu berdiri.

"Terus gue harus gimana? Kalau Raden dan gengnya lihat gimana? Oh, ya pasti mereka lihat, sih. Kan ini di sekolah!"

Lucas menghela napas sebelum memukul paha gue hanya agar cengkeraman di kerah bajunya gue lepas. "Gue nggak bisa napas, Qares!"

Gue akhirnya menarik diri.

Sembari membenarkan seragam, Lucas memperjelas, "Dejun itu udah putus dari Raden nggak tau kapan. Cukup lama, katanya."

Gue lanjut mukul lengannya. "Ngarang! Wong Raden masih sering ke Sepuluh Tiga!"

"Ya karena dia yang minta balikan! Udahlah. Intinya Dejun minta pulang sama lo siang nanti. Lo mau apa nggak?"

Sedetik kemudian Lucas kembali bersuara, "Oh, ya jelas mau ya. Ini kenapa gue jadi ketularan begonya lo, sih? Pakai tanya hal yang udah jelas jawabannya apa."

Gue mendelik.

"Eh, setan alas! Seenaknya aja nyimpulin!" protes gue akhirnya.

"Lah terus? Nggak mau? Yakin nggak mau? Ini Dejun lho yang ngajak lo, nyet!"

Dalam hitungan detik saja mata anak-anak yang masih di kelas langsung tertuju ke lokasi gue dan Lucas.

See?

Seenggak percaya itu mereka dengar nama Dejun bersanding dengan nama gue!

Ini juga alasan kenapa gue nggak bisa 'iya iya aja' saat dengar omongan Lucas tadi.

Menunduk, membuang napas melalui mulut, gue akhirnya menjawab, "Gue butuh mikir dulu."

:: :: ::

20210224,
Rizhu Pratama.

Btw, ini kok seru ya???!!
Aku jadi nostalgia ke zaman SMA!

Dan, yeah, ini emang tertulis setelah
satu crush-ku dulu tiba-tiba
muncul dalam mimpi!

Kayaknya mau aku jadiin
work aja deh ini wkwk

Aiih 💚💚

::::::::::::::::::::::::::::::::

nyetqr33 IG update:

Capek?
Gue juga capek kepo ke setan alas.
Langsung sini deh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang