Alasan

15 0 0
                                    

Mata kami bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata kami bertemu. Namun, hanya sekilas karena aku langsung berlalu untuk menuju bangku. Berniat hanya menonton permainan yang mereka lakukan tanpa keterlibatanku.

Permainan lempar bola biasa. Kalau anak-anak sini sih, menyebutnya 'kucing-kucingan'. Satu orang yang kalah saat suit di awal permainan akan menjadi 'kucing' di tengah lingkaran anak-anak. Dia harus bisa menangkap bola yang anak lain lempar ke teman sesama pagar lingkarannya. Jika si 'kucing' ini berhasil menangkap bola, maka si pelempar bola yang akan jadi 'kucing' berikutnya.

Aku sengaja beralasan untuk tidak ikut permainan ini karena pertama, aku selalu saja bisa jadi 'kucing' terlama. Terlalu dongkol jika harus lari ke sana kemari hanya untuk menangkap bola yang mereka lempar. Kedua, karena aku enggan berinteraksi dengan yang-jadi-kucing-sekarang.

"Woy, yang bener dong, ngelemparnya!" teriak Woohyun ketika bola yang Taemin lempar melewati dirinya begitu saja lalu menggelinding dan berhenti di depan kaki seorang gadis yang duduk tidak jauh dariku. Jihyo, namanya.

Sama seperti anak-anak lain, Myungsoo lantas membalikkan badan ke arah bola. Atau lebih tepatnya ke Jihyo?

Tatapan Myungsoo melewatiku sebelum mendarat di mata Jihyo. Mereka saling lempar tatapan, seakan berkomunikasi melalui pandangan. Atau Jihyo hanya terlalu syok akibat bertukar pandang dengan sang pujaan? Makanya dia tidak membuat satu pun gerakan?

Aku hanya merasa heran. Kenapa Myungsoo tidak cepat-cepat lari ke Jihyo untuk mengambil bola agar Taemin jadi 'kucing' berikutnya? Apa dia sesuka itu jadi 'kucing' makanya hanya diam di posisi?

Ketika akhirnya tatapanku beralih ke bola setelah menatap Myungsoo dan Jihyo bergantian, kedua tangan Jihyo terulur sampai akhirnya mengangkat bola dan membawanya ke arah lingkaran.

"Hyo, siniin," kata Woohyun.

Jihyo tidak menjawab. Hanya terus melangkah.

"Percuma lo minta ke dia kalau ada Myungsoo di sini!" teriak Kibum.

Woohyun tergelak. "Ya ampun, gue lupa!"

"Kapan lo ingatnya? Dasar pikun!" goda Jihyun.

Woohyun tersenyum lebar. "Saat kita bersama, gue pasti ingat segalanya."

Lantas saja Jihyun menunjukkan gestur orang muntah, membuat anak-anak di lapangan kompleks ini tertawa. Termasuk aku, meskipun tidak lama. Sebab, melihat Jihyo melewati anak lain hanya untuk memberikan bola ke Myungsoo.

Setelah menerima bola, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Myungsoo berbalik memunggungi Jihyo untuk menatap Taemin si pelempar. Lalu dia berjalan ke arah Taemin.

"Jadi kucing lo!" ucap Myungsoo.

"Curang lo! Ngemanfaatin bucin!" protes Taemin. Namun, tetap saja dia melangkah ke tengah lingkaran untuk melaksanakan hukuman.

"Dia gerak sendiri. Gue kan nggak nyuruh apa-apa," jawab Myungsoo. Seakan tidak peduli bahwa kalimatnya terdengar oleh Jihyo.

Seketika itu juga aku semakin tidak menyukai Myungsoo. Tidak bisakah dia menghargai sedikit saja para perempuan yang menyukainya? Kenapa dia harus sesombong itu hanya karena banyak mendapat pujian betapa tampan dirinya menurut para kaum hawa?

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang