Tas

6 0 0
                                    

::   t a s   ::

.

.

Menggeleng pelan menjawab pertanyaan Krystal, aku kemudian meletakkan ransel di atas meja. Mengeluarkan kotak pensil dari sana, aku terkejut ketika satu tangan mengusap tasku dengan cepat.

Mendongak, aku mendecih mendapati oknum yang barusan memberi kejutan sambil lalu.

"Enak gak sih satu kelas sama mantan, Yan?" Krystal kembali memberiku pertanyaan.

"Apa-apa kan ada enak dan enggaknya," jawabku sekenanya.

Dari lirikan, kudapati Krystal memberi anggukan. "Tapi kalian kayak bukan mantan," ujarnya kemudian.

Antara heran, tetapi  memberi persetujuan, aku berkata, "Iya, ya? Banyak yang ngomong gitu ke aku soalnya."

"Iya, Lian. Masih deket. Padahal biasanya kalau udah putus kan orang-orang jadi nggak saling sapa, musuhan. Bahkan nggak sedikit yang saling ngumbar kejelekan mantan."

Pendapat Krystal barusan membuatku membatu.

Terkesan aneh memang ketika nyatanya aku dan Kenandra tidak mengalami hal-hal itu. Sampai aku pun dicap sebagai peselingkuh.

Dulu kami sempat saling mengajak baikan. Ketika aku yang mengajak, Kenandra menolak. Giliran dia yang menawarkan, aku sudah ada ikatan baru dengan orang. Namun, meski begitu kami tetap berhubungan. Kadang masih chatting dan saling mengeluh ini itu.

Bahkan kemarin dia mengajak pergi hanya untuk menemaninya membeli baju. Pikirnya sekalian mengantar aku beli tas baru. Namun entah karena apa dia membatalkan dan tidak jadi menjemputku. Mungkin karena gagal berkenalan dengan tas baruku kemarin dia tadi menyentuhnya.

Menatap ke arah Kenandra yang masih mengobrol dengan Yuta, aku gagal membungkam pikiran. Se-soulmate itu kami berdua? Atau sekadar kebetulan yang membuat batin kami seakan masih ada ikatan? Mengapa permainan semesta sangat menyebalkan?

Sebab setiap kali aku merasa sangat merindukannya, pasti Tuhan memberi jalan dan kesempatan bagi kami untuk melakukan percakapan. Ketika aku sangat ingin bertemu dan menyentuhnya, pasti Tuhan membuatnya hadir dalam mimpiku.

Sampai sekarang, aku masih sering mengucap doa "kalau memang kami dipertemukan untuk Kau jodohkan maka dekatkan".

Iya, tidak sekali dua kali aku memohon pada-Nya untuk tidak lagi memberi kami luka. Meminta posisiku di hatinya masih sama untuk selamanya.

Iya, aku sangat egois.

[fin.]

20210407,
Rizhu Pratama.

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang