Bayi

8 0 0
                                    

Kapan hari aku pergi ke sini dengan sepupu. Mengantarnya membeli kado sebagai hadiah ulang tahun untuk anak satu temannya. Sembari menunggu dia memilih barang yang sekiranya akan disukai oleh anak usia tujuh tahun, aku berkeliling dan melihat-lihat rak kosmetik.

Aku cukup tercengang ketika tahu perbedaan harga yang lumayan jika dibanding minimarket dekat rumah.

Ketika sepupu memanggil bahwa keperluannya sudah didapat dan mengajak pergi, aku menetapkan tempat ini sebagai lokasi untukku pergi mengajak belanja kekasih.

Dan aku mewujudkan hal itu hari ini.

Kami berdiri di depan rak kosmetik yang waktu itu aku datangi. Lebih tepatnya di depan rak khusus perlengkapan bayi. Sebab yang ingin kubeli memang cologne untuk baby.

Melihat botol-botol bergambar bayi imut, satu ucapan terlontar begitu saja dari mulut. "Kamu nggak mau beliin sesuatu untuk bayimu?"

Lalu aku menoleh ke samping kiri dan mendapatinya memberi tatapan yang jelas penuh emosi.

Lalu aku menoleh ke samping kiri dan mendapatinya memberi tatapan yang jelas penuh emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak usah ngerusak mood," katanya.

Kedua ujung bibirku tertarik gravitasi. Mencebik di balik masker pink, aku tidak ingin hanya bergeming. "Ya kali aja sekalian."

"Mau pulang aja?" balasnya.

Semakin tertawa dalam hati, aku menjawab, "Oh, nggak mau karena nggak tau merk dan varian apa yang biasa dipakai bayimu, ya? Hanya ibunya yang tau, ya?"

Doyoung mendengkus. "Aku kamu ajak ke sini aja udah kesel, lho ya. Jangan bikin mood makin hancur."

Aku mengangguk sebelum bergeser ke rak sebelah dan mengambil satu krim wajah. Lalu terus berjalan, membiarkannya mengikuti di belakang, untuk mengambil sabun batang.

"Udah," kataku kemudian.

"Ya udah sana bayar," balasnya.

Tangan kananku menengadah. "Ya uangnya mana? Mau bayar pakai tisu?"

Dengan cepat dia merogoh saku celana kemudian mendaratkan dompetnya di tanganku. Aku berjalan menuju kasir dengan senyum penuh. Tidak mau tahu perihal dirinya yang terlihat seakan siap membunuh.

Bodoamat! Suruh siapa punya bayi dulu!

===

20200619,
Rizhu Pratama.

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang