[24.5] Latar

1 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Kamu sendirian?"

Lian lantas menoleh mendengar pertanyaan dari Awan. Pikiran yang sedang berkelana lantas kembali ke tempat semula.

Membuang napas, Lian justru mengajukan pertanyaan, "Dalam artian denotasi atau konotasi?"

"Konotasi. Denotasi mah aku sudah tau jawabannya. Kamu lagi sama aku sekarang," jawab Awan setelah tersenyum tipis.

Giliran Lian yang melepas senyuman. Tak berapa lama dia mengangguk pelan.

Setelah menyeruput kopi susunya, Awan kembali mengarahkan perhatian ke Lian. "Aku pernah dengar kalo kata anak-anak kamu sudah lama nggak pasang story."

Lagi, Lian hanya mengangguk.

"Tapi di aku hampir tiap hari ada," kata Awan.

"Ya berarti cuma kamu yang aku tuju." Lian tidak berusaha mengarang jawaban. Dia sudah merasa lelah kalau harus memutar otak lagi hanya demi sebuah alibi menutupi gengsi.

"Bisa gitu, ya?"

"Kadang terlalu malu untuk langsung menghubungi,"

Awan menggeleng tidak habis pikir. Bisa-bisanya ada manusia berpikir begini padahal kami ini pacaran, batinnya. Namun, yang keluar dari mulutnya hanya, "Pantesan,"

"Apa?"

"Menurutku, isinya terlalu privasi, tapi dibuat story," jawab Awan. Sedetik kemudian dia menambahkan, "ternyata memang inginnya cuma aku yang baca."

Tidak mau ambil pusing, Lian hanya menyahut, "Begitulah,"

"Itu yang bisa saja bikin kita salah paham lho,"

Lian paham maksud ucapan Awan. "Ya, tapi aku suka lihat kontak kamu ada di daftar viewer story. Tenang ya, aku ngerti privasi."

"Iya. Terus kenapa merasa sendirian?" Awan berusaha untuk kembali ke topik utama. "Ada aku, adek, keponakan, kakak-kakak, orang tua. Kamu kan nggak sendirian," lanjutnya.

Seketika Lian cemberut. "Padahal tadi sudah menyebut 'konotasi'. Kenapa yang dibahas justru kebalikannya lagi?"

Awan tersadar. Benar juga, katanya dalam hati.

Membasahi bibir, Lian bersuara kembali, "Kalau aku cerita tentangku sebenarnya, kamu mau dengerin sampai selesai atau akan pergi setelah menganggapnya lebay?"

Awan diam. Kemana arah bicaranya anak ini? Kenapa cewek tuh ribet? Tinggal ngomong saja padahal, kenapa nyebut pergi-pergi segala? Apa sih yang sebenarnya pernah dialami cewek ini sampai bisa kemana-mana ngomongnya? Takut sendirian atau memang nggak bisa percaya ke orang?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang