Kenapa Aku?

19 0 0
                                    

"Kak?" panggilku setelah meletakkan tas di tempat tidur lalu duduk di lantai beralaskan karpet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak?" panggilku setelah meletakkan tas di tempat tidur lalu duduk di lantai beralaskan karpet. Bersandar di sisi tempat tidurnya yang penuh lateks.

"Hm?" sahutnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

Menggigit bibir, aku merasakan dentaman dalam dada sudah benar-benar tidak tahu diri. Aku tidak sanggup. Ingin menumpahkan air mata, tetapi sadar bahwa masih perlu banyak berkata.

Kak Kyuhyun lantas mengangkat kepala. Mengarahkan pandangan tepat ke mata. "Kenapa?" tanyanya.

"Aku—ehm—aku—"

Mengapa ini menyakitkan? Mengapa sulit sekali menyuarakan pikiran di saat orang yang kuinginkan sudah di hadapan?

Menghela napas panjang, kak Kyuhyun akhirnya menutup laptop. Dia berdiri, berjalan memutari meja sebelum akhirnya mengambil duduk di sebelahku. Di atas karpet, dia merangkul tubuh ini dari samping. "Iya, kamu kenapa? Bicara aja. Yakin deh, kamu nggak akan bisa tidur kalau gini terus. Kamu nggak ganggu, kok. Kakak tadi cuma memeriksa soal untuk anak-anak besok. Bukan bikin soal. Beneran nggak ganggu. Sungguh."

"Aku—aku gagal lagi," cicitku setelah mengurai pelukan dan mengubah posisi jadi berhadapan. Menunduk dalam sambil memainkan tangan, aku melanjutkan, "Kakak tau sendiri aku bagaimana belakangan ini. Tapi, tadi, saat liat dia update, rasanya itu aku ... aku kembali ... i—iri."

Lagi, helaan napas panjang menjadi konsumsi indra pendengaran. "Lantas?"

"Aku kembali ke fase itu. Apa yang kubuat rasanya jadi kayak sampah. Jadi nggak semangat seketika. Kenapa? Kenapa susah banget untuk konsisten sih, Kak? Kenapa perasaanku harus gonta-ganti gini rasanya? Kenapa aku nggak bisa tetap semangat? Kenapa aku nggak bisa kayak mereka yang ... biasa saja?"

Mendengar kak Kyuhyun bergumam tidak jelas, aku merasa semakin cemas.

Sekian detik diselimuti kesunyian, suara kak Kyuhyun akhirnya menabuh gendang telinga.

"Kamu butuh istirahat. Nginep di sini aja untuk sementara."

Aku mendongak. Melempar tatapan tidak suka ke kak Kyuhyun tanpa sungkan. "Kak!"

"Oke, dengerin dulu. Nggak usah marah." Kak Kyuhyun bergerak mendekat. "Kamu benar-benar butuh istirahat. Berhenti sejenak. Cari aktivitas lain dulu. Kesampingkan impian kamu, coba liat ini dari perspektif lain. Bisa aja orang-orang yang kamu anggap biasa aja ternyata orang yang lebih kesusahan untuk sekadar berdiri. Lalu tentang dia, pasti dia juga pernah berada di posisi seperti kamu."

"Iya, aku tau kalau dia sudah pasti pernah di posisi aku dan orang lain juga mungkin lebih susah dari aku. Tapi, Kak, yang aku permasalahin itu aku sendiri. Kenapa bisa kayak gini? Kenapa nggak bisa sekali aja nggak memedulikan hati? Kenapa aku masih bisa nggak suka ke dia sedangkan sadar kalau ingin sepertinya juga? Kenapa?"

Tangisku pecah juga akhirnya. Tidak sanggup lagi bertahan untuk tidak membenci diri sendiri.

×××[fin.]×××

20190330

.

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang