Malam Minggu

43 1 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Senaaaaaaa!"

Satu tanganku otomatis menutup mulut, sementara yang lain bergerak cepat menarik tisu di atas meja, ketika mendengar teriakan barusan.

Ya Tuhan, kenapa dia ke sini? Bukannya sekarang malam minggu, ya? Biasanya dia bahkan menghilang sejak pagi kalau hari Sabtu begini.

Baru saja berhasil membersihkan mulut dari soda, Jessi menepuk bahuku cukup keras.

"Jess, lo itu hampir bikin gue kehilangan nyawa cuma gegara keselek soda. Sekarang malah ngasih pukulan. Kenapa, sih? Tumben banget nggak malam mingguan."

Jessi mencebik. Sedetik kemudian dia bergumam 'sorry' dan duduk di kursi paling dekat. "Jaehyun muncak sama Yuta."

"Oh," responsku sebelum duduk di kursi sebelah Jessi. Lalu kembali meminum soda yang sempat tidak kuberi atensi. "Karena tau gue sendirian, makanya lo ke sini?"

"Yup!" Jessi memberi jempol sebelum merebut kaleng soda di tanganku. Setelah beberapa teguk, dia kembali berucap. "Kok lo bisa biasa aja sih, nggak malam mingguan sama Doyoung? Sering banget deh, lo itu dianggurin sama dia. Dikasih kabar aja untung-untungan. Kalau nggak chat duluan pasti ya bakal seharian nggak ada obrolan. Betah banget."

Aku membuang napas melalui mulut yang membulat. Sedikit tersentil atas ucapan Jessi, tetapi tidak bisa banyak 'mengoceh' karena memang itulah yang terjadi. Tak bisa mengelak, seakan omongan Jessi merupakan kebenaran yang hakiki, aku berkata sekenanya agar tidak menuruti emosi. "Dia tadi bilang mau mabar bareng Haechan sama Jungwoo. Ya udah."

"Dan lo biasa aja?"

"Jadi menurut lo, gue harus teriak kayak orang gila?"

Jessi kembali memukul bahuku. "Ya nggak gitu juga, Na. Tapi, ya masa gitu lo nggak ada kangen-kangennya ke dia? Nggak ada keinginan untuk nemuin dia. Nerima aja saat dia justru milih pergi sama teman-temannya."

Menghela napas berat, mau tidak mau aku jadi menjelaskan. "Jess, gue kangen dia. Oke? Kangen banget. Tapi, ya nggak mungkinlah gue maksa dia buat nemuin gue."

"Kenapa?"

"Karena gue nggak suka dia ngelakuin sesuatu buat gue atas dasar terpaksa. Lagian gue percaya dia. Di saat sedang bareng teman-temannya, pasti dia juga bikin rencana buat kami berdua."

"Na, polos sama bego itu beda tipis lho, ya."

"Well, itu terdengar lo sedang ngatain gue bego while in fact lo sadar juga kalau setiap manusia butuh kebebasan. Sesekali butuh menghabiskan waktu bersama teman, bukannya terus-terusan pacaran."

Seperti itu, aku membuat Jessi bungkam sebelum meninggalkannya sendirian di ruang makan.

Entahlah, aku sering 'gemas' pada orang yang berpikir kalau seseorang sebisa mungkin harus selalu menghabiskan waktu dengan pasangan.

[fin.]

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang