Nyusahin

21 1 1
                                    

Tuh, kan! Sudah kuduga kalau dia sedang pacaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh, kan! Sudah kuduga kalau dia sedang pacaran.

Tidak mungkin dia serapi ini kalau tidak sedang menemui sang pujaan. Ya meskipun pakaian yang dikenakan memang seperti biasanya, tetapi tetap saja terlihat jauh lebih rapi dibanding keseharian.

Begitu kami benar-benar berdekatan, dia lantas duduk di sebelahku tanpa satu pun ucapan. Kemudian merogoh saku celana hanya untuk mengeluarkan ponsel kesayangan.

Menoleh padaku, dia berceletuk, "Kenapa nggak nelpon pacar lo aja, sih?"

Aku hanya mengemam bibir mendengarnya. Ya bagaimana yaaaaa, aku merasa tidak enak kalau harus menelepon Gara saat sedang suntuk begini. Lagipula Gara juga tidak akan bisa datang ke sini layaknya yang Doyoung lakukan saat ini.

"Yan, kalau ditanya tuh jawab," kata Doyoung lagi.

Membuang napas pelan, aku akhirnya menjelaskan, "Nggak mau nyusahin dia."

Lantas saja decakan terdengar dari mulut lelaki berpakaian biru ini. "Jadi, selama ini lo berpikir nggak apa-apa nyusahin gue dan anak-anak?"

Mendengkus, aku menjelaskan lebih panjang lagi. "Bukannya gitu, Doy. Kasusnya kan beda. Kita kenal udah lama. Lo udah tau gue maunya apa. Tanpa gue minta pun kadang udah lo lakuin. Udah kayak saudara yang saling ngerti kita mah. Makanya gue nggak sungkan minta apa-apa ke lo.

Lah kalau gue sama dia kan beda. Kami baru deket, masih jarang komunikasi, cukup sering salah ngerti, kadang juga bisa nggak ngasih atensi sama sekali. Kalau gue kebanyakan manjanya ke dia, minta ini itu tanpa tau malu, entar dia risi, nggak betah menghadapi, terus minta hubungan kami cukup sampai sini, guenya gimana?

Gue beneran takut dia risi kalau gue minta temenin setiap saat. Dia juga ada kerjaan yang lo taulah kalau kerjanya beda dibanding kita dan anak-anak. Gue yakin dia capek. Sangat capek malah kayaknya. Makanya gue nggak ingin makin nambah rasa capeknya dengan banyak minta perhatian dari dia. Kalau dia ngasih ya alhamdulillah, kalau enggak ya artinya gue harus sabar lebih lama."

Mengusap wajah, Doyoung kemudian menoyor kepala gue dengan pelan. "Bucin banget sih, lo?"

"Bukan bucin, Doyoung!"

Doyoung terkekeh. "Terus apa kalau bukan bucin?"

"Sedang belajar memahami dunia kami yang berbeda."

"Dunia gaib sama nyata?"

"Doyoung, ih!" Kupukul paha Doyoung cukup keras. Si korban ternyata malah makin terbahak.

Ya sudah.

Aku biarkan sampai dia berhenti dengan sendirinya.

.

[fin.]

.

20190919

MERAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang