Pengakuan

321 31 160
                                    

Jika aku yang cinta kamu dan kamu tidak, maka itu urusanku dengan hatiku.

Jika kamu yang cinta dan aku tidak, maka itu urusanmu dengan hatimu.

Kamu ataupun aku tidak berhak melarang cinta hadir!! Toh bukan aku yang mau cinta kamu. Tapi cinta yang memilih kamu untuk hatiku perjuangkan!

Jangan merebut jika hanya ingin ditinggalkan !!

Jangan merebut jika tidak siap direbut !!!

Kata- kata itu bergema di benakku, kini prinsip yang kutanamkan dan kupaku hingga melesak dalam kepalaku keras berdengung, kutatap wajah Maya, tak ada bingung ataupun gelisah, kutahu ia tengah mengumpulkan kata- kata, sabar,... beri waktu,...meski aku mencintainya seluas angkasa, tak terbatas ruang dan waktu, aku tahu manusia hanya memiliki segumpal hati, yang bisa terluka, bisa kecewa, bisa bosan, bisa mendua, bisa juga terbagi!! 

Aku benci ingat kata- kata itu, dua tahun lebih aku meninggalkannya, tanpa kabar berita, sementara ia disini bak primadona yang terus dikejar oleh pria- pria. Dengan level sempurna dan tanpa cela pula seperti Ryu Uzumaki, bisa saja Maya telah berubah, dan berbelok hati, maupun telah membagi hatinya, bisa saja kini aku mendapat porsi yang jauh lebih kecil, karena tak punya status sosial, tak punya jabatan yang akan membuat nama melambung mengangkasa, yang tak mampu membuka jati diri karena tak ingin dikejar oleh beban masa lalu.

Bisa saja Maya telah bosan padaku.

Atau sudah tak menganggap perlu Mawar Ungu.

Dia telah mandiri, kuat berdiri di kaki sendiri.

Menjadi artis incaran dalam dan luar negeri.

Dia sangat terkenal sekarang, tak bisa ku elakkan, aku kini yang harus memandang dan mendongakkan kepala tinggi- tinggi untuk bisa melihatnya.

Seharusnya aku bangga dan berpuas hati , tapi tak urung hal itu merampas dan menjatuhkan percaya diri!!

Perlahan Maya mengangkat lengannya, membuka kaitan kalung yang dikenakan.

Ah,.... sayang, teganya dirimu !!!

Ia diam, seperti bimbang,....

Tenanglah Masumi, tenang, jika ia harus pergi,... pasti berat untukmu, pasti aku tak bisa menerima dalam sehari atau dua hari, pasti aku gila, dengar dulu alasannya, mungkin saja ia bimbang dengan pentasnya, karirnya, bukankah aku juga begitu, meninggalkan dia untuk membangun bisnisku? Meninggalkan dia tanpa kabar berita untuknya? Agar tak ada satupun yang curiga kemana aku pergi dan mengorek informasi melalui dia?

Maya meletakkan kalung itu ditelapak tangannya.

Perih rasanya, mungkin aku tak sanggup berdiri dan terus menatapnya.

Kalung pemberianku, yang kuberikan dua tahun yang lalu, yang kukira bisa menjaga hatinya, bisa menjaga cintanya, agar tak berpaling dan selalu menganggapku ada, bisa menghangatkannya ketika rindu membuatnya beku. Ketika kukira ia bisa melingkarinya dengan kehangatan yang pernah kutinggalkan berkali- kali mendekapnya hingga ia jatuh tertidur.

Kini perlahan jemarinya melepaskan cincin itu dari kalung.

Pedih.

Sakit.

Aku membuang napas, frustrasi , ternyata kecewa itu se- mengerikan ini, se- sakit ini, se- pedih ini!

Kuukir wajahku setenang mungkin, Bisa!! Aku harus menahan diri, meski aku ingin berteriak di kepalanya, agar ia tak membuang, tak melupakan, agar ia kembali setia!!!

Tapi kupaksa melihat terus adegan itu, aku bersiap menerima penolakan, meski hatiku tidak.

Aku bersiap berusaha tegar, meski aku tahu aku akan hancur.

The Shape Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang