Kejutan (2)

332 33 316
                                    

Jika kamu telah memilih aku.

Memilih bertahan disampingku,

Memilih setia disisiku,

Tidak ada alasan bagiku untuk menyerah.

Aku akan terus Maju.

*****

Tergesa aku keluar dari kamar, hampir saja membuat Naoko terjungkal, gadis yang hampir seumuran Maya itu tengah berdiri diatas kursi, dengan kain lap dan penyemprot kaca. Dia terjatuh dengan jidat membentur alat vakum. Kasihan.

"Eh, Maaf, kau tidak apa- apa?"  Tanyaku terburu. Dan dia berusaha bangkit 

"Tak apa Tuan, anda terburu- buru?"

"Ya, " AKu menuruni tangga dengan berlari, sesaat teringat sesuatu.

"Naoko , jam berapa istriku keluar tadi?! " Napasku masih satu- satu.

"Sekitar satu jam yang lalu, Tuan." Ia mengawasi majikan dengan wajah terheran.

Kembali aku berlari menuju garasi, dan  hampir menabrak Yume yang kembali dari pasar dengan kedua tangan penuh keranjang belanjaan.

"Tuan." sapanya sembari membungkuk lalu memunguti barang- barang yang berserakan.

"Maaf, maaf,   buru- buru" Ucapku sembari memungut apel yang menggelundung dari keranjang.

"Yume, apa istriku pergi dengan taxi ?" Tanganku gemetar ketika menarik laci , tempat kunci mobil tersimpan rapi,

"Eh, Oh,....Tidak Tuan,... Nyonya,...itu, minta antar dengan Kenichiro." Jawabnya perlahan.

Tanganku membeku. Keringat dingin menjalar dipunggungku, lalu mataku dengan cepat menghitung satu persatu kunci mobil yang ada, Kunci SUV kosong.

Tenggorokanku bagai dihambat batu !!

"Yume, apa Kenichiro  masih rajin berlatih dengan mobil yang kuberikan?" Suaraku serak menderita,___

"Eh, i-iya Tuan, tapi dia masih kesulitan mengepas dan menjaga jarak dengan lawan." Yume menunduk.

Aku mendesah frustrasi, terbayang apa yang mengintai di depan nanti.

Maya pergi dengan pelayan yang awalnya ingin kujadikan supir pribadi, tapi tak kunjung terampil meski telah kuberikan mobil sendiri.

Itu sebabnya aku lebih suka mengemudi sendiri, Kenichiro berlatih mengemudi  sebanyak ia menabrakkan mobil dan itu berkali- kali. Dengan ngeri aku mengambil kunci Maybach.

Yume mengikutiku dengan pandangan cemas yang tak ditutup- tutupi.

 "Tuan,.... Maaf, Kenichiro hanya merasa tak sopan menolak permintaan Nyonya untuk mengantar ke Tokyo."

Tenggorokanku rasanya sakit, Kemarahan mulai bergulung- gulung datang, Ingin mengumpat tapi rasanya tak sopan, bagaimanapun Kenichiro sudah berusaha sopan, ia pun mungkin tak enak untuk tak mengiyakan, perintah majikan. " Ya, berdoalah Yume, mereka baik- baik saja. Dan tunggulah disini hingga kami kembali." Pesanku pada pelayan yang kini wajahnya sepucat salju.

Aku menelan ludah dengan kaku, kakiku rasanya lemas tak bertenaga. Semoga Kenichiro ingat untuk bedakan pedal gas dan Rem, sepengetahuanku, Kenichiro suka lupa jika sudah gugup, dan kegugupannya bertambah besar jika melihat mobil- mobil berbodi besar.

Hatiku mengkerut, aku benar- benar semaput !!!

*****

Aku mengemudi kalang kabut, menekan pedal gas hingga kedasar, tapi sialnya lalu lintas padat, meski baru pukul sembilan ! Kembali kutekan nomor ponsel Maya, belum juga aktif !!. Mataku nyalang melihat antrian mobil yang sangat panjang, masih lumayan panjang untuk mencapai gerbang tol yang berada di depan.

The Shape Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang