Sandiwara

242 29 45
                                    

Aku terjaga sebelum mentari naik dan bercahaya, kuregangkan tubuhku yang meringkuk diatas sofa, dan saat mengedarkan pandanganku, aku terkejut saat diseberang juga meringkuk seorang gadis bagai bola.

Dia tetap keras kepala,__ persis sama saat di Astoria, dia tetap tidak tidur dikamarnya, malah menemaniku berada di ruang yang sama.

Kulirik jam di pergelangan tangan, belum pukul 5 pagi, jika tak ingin ada yang tahu, aku harus bergegas pergi, kutarik secarik kertas dan kuraih bollpoint menulis pesan untuknya, agar ia selalu semangat dengan latihan- latihan terakhirnya.

Kupandangi wajahnya yang terlelap dengan polos, kutorehkan kembali, jika aku selalu mendukung dan menyayanginya.

Kuharap dengan kata- kata itu,__ dia cukup kuat untuk bertahan, dan terus berjuang menggapai mimpi- mimpinya.

Kuraih kemeja dan jas yang berada di bahu kursi, melepas kaos merah muda, dan aku tersenyum ketika membaca nama yang tersemat di bagian punggung, hatiku seketika hangat, dan aku begitu ketagihan dengan rasa itu.

Kupandangi lagi wajah yang masih tertidur, perlahan kukecup puncak kepalanya, kusentuh puncak hidung mungilnya, dan berharap ia melewati hari- hari tanpa ragu, karena aku akan berdiri dibelakangnya. Selalu.

Kututup pintu apartementnya dengan perlahan, dan setelah memastikan sepanjang lorong tidak ada orang, bergegas aku menekan tombol lift menuju basement, Hijiri telah menungguku dibawah, ada beberapa pengaturan yang mesti segera dibuat.

Aku tahu, aku sudah memutuskan, dan kini aku harus menghadapi ayahku sendiri, pertarungan yang telah lama kutunda, dan dulu sangat kuhindari, kini aku tak bisa mengelak lagi.

Sesampainya di parkir, Hijiri menghampiri dengan sebuah Jeep, berkaca sangat gelap.

Segera kunaiki Jeep dan duduk disebelah Hijiri.

"Dokumennya sudah siap Tuan, silahkan ditanda tangani, akan kuurus segera ke notaris hari ini juga."

Kutatap lama nama dimana aku harus tanda tangan, namaku yang pertama kali diberikan oleh ibuku dulu, Masumi Fujimura,__ tak banyak yang tahu, tapi cukuplah memberi waktu, agar aku kembali membangun perusahaanku sendiri, dengan kedua tanganku sendiri, aku ingin terbebas dari Hayami.

Setelah selesai menandatangani, kututup kembali dokumen- dokumen itu.

"Lakukan semuanya dengan rapi Hijiri, dan tolong awasi , jaga Maya lebih baik lagi,__ ayahku bisa berbuat nekat, dan bukan itu saja, jika Shiori kembali mengingat, Maya  dalam bahaya".

"Baik Tuan, aku mengerti." Ucapnya.

Jeep melaju menembus lalu lintas Tokyo yang masih buta, membawaku kembali ke Hotel, seakan- akan tak pernah terjadi apa- apa.

Sementara itu perlahan namun pasti, aku telah mengatur pengunduran diriku dengan rapi, tak tampak pada rapat direksi yang kupimpin pagi ini, begitu juga Mizuki. Satupun tak ada yang tahu, jika hari itu Hijiri tengah mengurus pendirian perusahaan entertainment dengan namaku.

Hanya menghitung hari, aku siap meninggalkan semuanya.

****

Pementasan Ayumi sangat sempurna, hatiku berdebar tak terkira, malam ini Ayumi sungguh tampil sempurna, ulasan di media sangat riuh, dia tampil dengan total, dan aku sangat bangga, hanya satu lawan yang pantas untuknya, gadis mungilku, Maya Kitajima.

Ia hadir malam ini bersama sahabat- sahabatnya,___ sesaat kulirik dan ia menatapku juga, dari kejauhan tatapan kami bertemu, dan menyimpan cerita.

Ia tahu, kami harus bersandiwara, seakan tak pernah terjadi apapun. kami berada diruang yang sama, kami tahu tubuh satu sama lain bagaikan kutub magnet yang tarik menarik, tapi saat ini berusaha melawan dengan keras agar terlihat tak terjadi apapun diantara kami.

The Shape Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang