Dirimu meninggalkan jejak sebagai petunjuk untuk mencarimu.
Jejak itu begitu buram, begitu semu,---- seakan kau tak ingin kutemukan.
Aku mengikuti jejak itu,--- meski kau tak ingin, meski kutahu kau ingin membuangku.
Tanpa tahu malu, kuikuti jejak itu, sampai berada di penghujung, dimana dirimu? Mengapa tak juga muncul,---- apa kau tak juga rindu?
Seperti aku yang merindumu,--- Rumah besar ini begitu sepi,
Kerajaanku begitu sunyi, tanpamu yang biasa mengisi,---
Apa kau tak rindu? Seperti aku yang sangat merindu-mu.
Apa kau kira , perjuanganku hanyalah lelucon belaka?
Apa kau kira semua yang kupunya bukan kau yang seharusnya menjaga??
Kau buta!! Kau tuli, Indramu tumpul !!!
Sampai rinduku pun tak bisa kau rasa !!!
E.H
******
Hampir tengah malam aku baru bisa menenangkan Maya, ia tertidur dengan jejak air mata di pipinya.
Ia masih tak percaya, Eisuke Hayami --- baginya, tak mungkin terlihat sangat tulus ketika bersamanya, ia tak mungkin terlihat begitu lembut dan bisa bersikap ramah padanya, Istriku masih tetap menyangkal,--- Kasihan--- Maya selalu merasa semua orang itu baik, tapi ketika aku hanya diam saja, dia malah menangis terisak.
Apa mungkin aku berdusta dan tak mengenali ayahku sendiri? Puluhan tahun aku hidup bersamanya, tak mungkin aku yang salah mengenali orang.
Dan kedua mata bulat itu akhirnya meredup, binarnya hilang, bibir mungilnya bergetar, ia menangis parah.
Ia kecewa, hatinya patah,--- ia merasa dibohongi,--- akhirnya kubiarkan ia menangis hingga puas, baju piyamaku basah, dan saat ia tertidur perlahan kuhapus air matanya yang masih mengalir disudut- sudut mata, kukecup pipi dan bibirnya.
Kuingatkan ia, bahwa kini ada jiwa lain yang harus ia jaga dan perhatikan.
Bibirnya kembali bergetar,--- matanya mencari dusta dimataku, aku meminta maaf padanya,-- meminta agar ia lupakan rasa kecewa dan patah hati yang ia terima dari ayahku-- memohon padanya, agar tak lagi melekat dendam dihatinya,---entah mengapa kalimat yang kuucapkan juga ikut melepaskan rasa sakit yang kerap tersimpan disudut- sudut hatiku yang nyeri.
Kuhibur Maya, padahal sebenarnya aku juga menguatkan diriku sendiri.
Seorang anak tak pernah bisa meminta seperti apa orangtuanya, seperti apa sikap dan perilaku yang diinginkan dari mereka,--- tanpa kusadar,--- aku telah membuat resolusi sendiri untuk luka-luka dihatiku, untuk rasa kecewa dan sakit hatiku.
Tanpa sadar kata- kata yang kulepas pada Maya, malah berbalik mengobati diriku sendiri.
Jika ingin hidup tenang,-- kami harus bisa melepas masa lalu, kini masa depan sudah menanti, menunggu, dan ia hadir lebih cepat, visinya bahkan telah memenuhi udara disekelilingku,---
Ku tak sabar membubuhkan warna- warna cerah dalam kehidupan kami berdua.
Ku perhatikan dada istriku yang naik turun dengan perlahan, nafasnya lembut dan ringan,---ada kehidupan lain yang tengah berkembang, dan rasanya dadaku buncah oleh rasa bahagia,-- tak terasa sudut mataku basah, seseorang yang nantinya akan memanggilku --- ayah.
Kupastikan ia akan mendapat apa yang tak pernah kudapat, kujanjikan akan kupenuhi hatinya dengan kehangatan, dan jika itu cinta, akan kupastikan ia mendengarnya berulang- ulang dariku, sesuatu yang kerap tak pernah kurasa dan kudapat, jika itu sayang ,--- akan kuhujani ia dengan perlakukan dan ucapan, akan kubiarkan anak- anakku tahu ia merasa dicinta dan disayang. Tak akan kubiarkan mereka kekurangan itu dari kami berdua, dua manusia yang berindividu tunggal, yang kerap merasa ditinggal dan perasaannya diabaikan, hingga terus merasa haus dengan kasih sayang , hidup tanpa pernah diajarkan kelembutan dan tanpa sadar terlalu naif berpikir semua yang berada di dunia hanyalah lakon sandiwara, hingga tak tahu kapan melepas topeng dan menyatakan isi hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shape Of My Heart
RomanceBanyak yang penasaran ga setelah baca Vol 49, dari Topeng Kaca, apa kira- kira isi Hati Masumi Sama? Yang introvert, yang kelihatan sangat cemburuan, yang kelihatan posesif, tapi sekaligus rapuh dan kesepian? Yang suka ngomong ga sesuai dengan kenya...