Info aja kalo part ini panjang banget sampai 2k word jadi siap siap bosen:"
----------------------------------
Baik Jimin maupun Jeongyeon saling diam saat ini, apalagi bagi Jeongyeon. Canggung sekali setelah mulut bodohnya mengucapkan kalimat itu, cinta? Apa apaan, Jeongyeon terasa geli saat mengingat beberapa waktu lalu dia mengatakan hal itu kepada Jimin. Sedangkan Jimin sibuk menghubungi petugas keamanan disekitar apartemen lalu menceritakan ciri fisik Namjoon lalu mengatakan jika pemuda itu terlihat di sekitar apartemen untuk diamankan agar tidak lagi menuju kediamannya.
"Jungie,"
Jeongyeon terlonjak, menoleh ke arah Jimin lalu menunjuk dirinya sendiri dengan raut bingung.
"Kau memanggilku, Jim?"
"Memang nya siapa lagi didunia ini yang ku panggil Jungie hah? Mengapa ekspresi mu bingung seperti itu?"
"Santai saja!"
"Memang nya, kau ini sedang memikirkan apa? Rasanya tegang sekali raut wajah mu itu, semakin aneh saja,"
"Kau ini bertanya atau mengejek ku, sialan?!"
Jimin terkekeh, dia duduk disebelah Jeongyeon. Mereka berdua saling diam, tidak ada yang berniat membuka percakapan hingga Jimin menghembuskan nafasnya.
"Aku akan membuat mu hidup tanpa rasa takut, Jung,"
"Maksudmu?"
Jimin menoleh, menatap Jeongyeon lalu mengusap perlahan surai Jeongyeon dengan gemas. Hari ini rasanya Jeongyeon terlihat lucu dimata Jimin. Pemuda itu tidak serta merta menjawab pertanyaan Jeongyeon, tetapi justru mendekatkan wajah nya kearah gadis disebelah nya.
"Aku akan membuat Namjoon dan wanita sialan itu mendekam didalam penjara."
"Jim, kau--"
"Tenang saja, aku melakukan ini bukan semata mata untuk dirimu, meski selebihnya mungkin benar. Tetapi, Namjoon dan wanita sialan itu benar benar merusak hidup ku, membunuh Ibu ku, juga membuat Ayah ku mengalami traumatis mendalam sampai saat ini. Seluruh harta Ayahku dibawa nya, perusahaan perusaan diatas namakan dirinya, setelah itu mengusir aku yang masih kecil dengan Ayah ku. Beruntung, satu perusahaan Ayahku berhasil diselamatkan Paman, terkadang aku menjalankannya. Apartemen ini satu satunya pemberian Ayahku yang tidak diatas namakan wanita sialan itu," Jimin menghela nafas pelan.
"Itu sebabnya aku sangat menginginkan mereka mendekam di penjara, meski tadinya aku berpikir membunuh ibu anak itu saja. Tetapi kau larang,"
"Tentu saja! Orang gila mana yang memperbolehkan kau membunuh orang lain, dasar,"
Jeongyeon mencebik kesal, pemuda disebelahnya ini semakin hari rasa rasanya otaknya semakin tidak normal saja. Apa apaan dengan membunuh, bukankah itu hanya menambah masalah di kehidupan Jimin? Bagaimana jika pemuda itu yang justru berakhir di sel tahanan? Dia sangat mengkhawatirkan Jimin, seenaknya pemuda itu tersenyum tanpa dosa setelah mengatakan hal tersebut.
"Iya iya, aku tahu. Aku tidak benar benar serius dengan ucapan ku tadi, Jung. Jangan marah begitu,"
"Terserah kau saja, Jim."
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHOBIA [END] ✔
FanfictionWarn : Cerita ini saya tulis tahun 2018 sampai 2021 yang mana tulisan saya masih sangat kacau dibeberapa part dan saya sengaja tidak merevisi untuk melihat progres saya dalam menulis dari tahun ke tahun. Juga karena malas:> - ▪ - Just cheese story a...