Asli kali ini ga prank lagi wkwk, maaf ya semalem saya ga nepatin update:(
---------Happy reading---------
Jeongyeon meniup helaian poni yang jatuh bebas di dahinya, dia menatap tangga panjang yang mengarah ke kamar Jimin. Sudah lama sejak pemuda itu pergi beberapa puluh menit yang lalu, hey.. Jeongyeon sangat bosan disini dan dia tidak mau bekerja. Maksudnya, dia ingin seperti ini. Memasang wajah memelas agar hari ini Jimin tidak mempekerjakannya.
Lagipun kejadian pagi ini juga salah pemuda itu bukan? Dia yang tidak menjemput Jeongyeon hingga gadis itu malah berpapasan dengan Hyungwoo. "Jimin, aku mau coklat panas" teriak Jeongyeon dengan suara di ucapkan selembut mungkin, tentu saja.
Mungkin hari ini keberuntungannya dan pemuda itu menuruti perintahnya, bisa saja kan. Tetapi pemuda itu sama sekali tidak menyauti perkataan Jeongyeon, oh ayolah matanya sudah sembab karena menangis semenjak disekolah. Jadi dia tidak ingin memasang wajah kesal yang pasti akan menambah kejelekan wajahnya. "Tidak tidak.. aku tidak boleh terlihat jelek" gumamnya dalam hati.
Jeongyeon menyenderkan kepalanya, maniknya terpejam. Seharian menangis ternyata cukup melelahkan juga, perlahan nafasnya teratur. Gadis itu tertidur dengan mengenakan seragam sekolahnya.
"Jungie kau--"
Jimin menghentikan perkataannya, ditatapnya tubuh mungil yang tengah tertidur disofa. Perlahan langkah Jimin mendekat, pemuda itu berjongkok di depan Jeongyeon. Bibirnya terangkat menciptakan seulas senyuman manis. Jemari Jimin terulur untuk merapihkan poni Jeongyeon lalu memberikan gadis mungil itu selimut.
"Kau cantik"
_______________
Sekarang Jimin sudah berganti pakaiannya dengan baju santai, maniknya tengah serius menatap buku buku dengan deretan angka di dalamnya. Ah ya.. jangan lupakan fakta bahwa pemuda itu sedikit terobsesi dengan belajar.
Jemarinya tak habis menggoreskan pensil, karena terlalu serius dia bahkan tidak menyadari bahwa seorang gadis tengah berdiri dibelakangnya. Menatap punggung pemuda itu, merasa diabaikan gadis itu menepuk bahu Jimin.
"Hei Jim, terimakasih ya selimutnya" ucap gadis itu sembari duduk tanpa permisi disebelah Jimin.
"Hm, Iya" balas Jimin seadanya, pemuda itu masih tenggelam di buku buku pelajaran yang terjejer rapih di dekatnya. Sedangkan Jeongyeon? Dia hanya memandangi Jimin sembari mengghibahi pemuda itu di dalam hati tentu saja.
"Ck.. pantas saja kau pintar, aku bahkan tidak serajin kau belajarnya Jim"
"Tapi tanpa belajar pun kau juga pintar" Jimin melirik Jeongyeon sekilas lalu kembali sibuk pada pekerjaannya. Jeongyeon mendengus, ah pemuda itu terkadang memang tidak tahu selera suasana ya. Selalu saja, jika tidak membosankan ya menyebalkan.
"Jim, kau tidak kesepian sendiri disini?"
Pertanyaan Jeongyeon membuat pergerakan jemari Jimin yang sedari tadi sibuk mencoret rumus berhenti, Jimin meletakkan pensilnya lalu menatap Jeongyeon.
"Eh maaf kalau pertanyaanku menyinggung mu Jim, aku hanya.. ah aku tidak bermaksud--"
"Yah aku tahu, tapi aku sudah terbiasa"
Jimin beranjak dari tempat duduknya lalu meraih tangan Jeongyeon, gadis itu menurut saja saat Jimin menuntunnya menuju meja makan. Setelah itu Jimin beralih menuju dapur, beberapa saat kemudian dua mangkuk ramyeon tersaji didepan mereka.
"Ayo makan, kau belum makan dari tadi" pemuda itu meraih sumpit lalu menikmati ramyeon bagiannya sedangkan Jeongyeon mengikuti Jimin. Hening.. Jeongyeon tidak suka hening seperti ini. "Jadi bagaimana perasaanmu? Sudah cukup baik?"
![](https://img.wattpad.com/cover/164685580-288-k170047.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHOBIA [END] ✔
FanfictionWarn : Cerita ini saya tulis tahun 2018 sampai 2021 yang mana tulisan saya masih sangat kacau dibeberapa part dan saya sengaja tidak merevisi untuk melihat progres saya dalam menulis dari tahun ke tahun. Juga karena malas:> - ▪ - Just cheese story a...