Hari ini ujian pertama, simulasi untuk ujian kelulusan yang tinggal menghitung bulan. Jimin tampak termenung dikelas, ditangannya sudah terpegang sebuah buku dengan beberapa buku lainnya terserak di mejanya bahkan dimeja Jeongyeon. Sedangkan gadis itu tengah mengambil beberapa materi yang harusnya diajarkan hari ini selepas ujian dijam pertama tetapi berhubung rapat mendadak diadakan, Jeongyeon diberi kepercayaan untuk mengambil materi tersebut.
"Jungie!" Jimin meneriakkan nama dari seorang gadis yang amat dikenalinya, gadis itu baru saja memasuki ruang kelasnya namun karena suara teriakkan Jimin, dia menolehkan kepalanya. Hanya menoleh saja tanpa berniat menjawab panggilan Jimin.
Jeongyeon memilih untuk meletakkan materi juga beberapa soal yang didapatnya ke meja guru lantas dia berjalan menuju tempat duduknya, tepat di samping Jimin. Gadis itu menatap Jimin yang sedari tadi tersenyum ke arahnya.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa apa, aku hanya ingin menatapmu saja."
"Dasar aneh." Meskipun berkata begitu, Jeongyeon tetap tertawa pelan. Hal tersebut membuat Jimin semakin tersenyum manis.
"Oh iya, akhir akhir ini aku tidak melihat para fans dari seorang Jiminie." Jeongyeon menggeser buku buku milik Jimin dengan kasar sembari menghadiahi Jimin dengan tatapan horor lantaran sudah berani meletakkan buku buku nya dimeja Jeongyeon. Pemuda itu berpura-pura tidak membuat kesalahan apapun.
"Ah itu, aku memberikan mereka sedikit materi tentang menjauh dari ku karena saat ini aku sudah menjadi milik Yoo Jeongyeon"
"Cih. Memangnya aku mau memilikimu?"
"Memangnya kau tidak mau?"
"...ya mau sedikit." Jeongyeon menjawab pertanyaan Jimin dengan sangat lirih sembari menutupi wajah dengan buku yang dipegangnya, melihat hal itu Jimin tertawa geli. Lucu sekali melihat Jeongyeon seperti ini didepan nya.
"Dasar gadis tsundere."
"Siapa yang kau sebut tsundere hah?!"
Sebuah buku yang tadinya digunakan Jeongyeon untuk menutupi wajahnya kini sudah melayang dengan sangat mulus menghantam wajah Jimin, sontak pemuda itu memekik kesakitan. Lemparan Jeongyeon tadi bukan main main, rasanya wajah Jimin bisa rusak jika terlalu sering membuat Jeongyeon marah.
"Aw! Sakit sekali! wajahku Jung, wajahku! Rasanya tulang hidungku patah saat ini,"
"Oh, sayang sekali aku tidak kasihan denganmu."
"Astaga, kejam sekali Nyonya Park ini."
"Berisik!"
Jimin buru buru mengangguk seraya menutup mulutnya setelah mendengar suara Jeongyeon tadi, dia tidak mau buku buku lain juga terlempar ke arahnya. Jeongyeon menatap Jimin dengan tatapan malas lantas menyuruh pemuda itu untuk belajar daripada terus menerus mengganggunya. Layaknya anak kecil, Jimin menurut. Dia mengambil sebuah buku lantas membacanya dengan serius.
"Anak pintar." Jeongyeon mengusap usap kepala Jimin seraya berlagak selayaknya orang dewasa yang tengah memuji seorang bocah.
"Oh iya Jung, nanti sepulang sekolah ikut denganku ya? Aku ingin menjenguk Ayah, kau keberatan tidak?"
"Tidak, boleh saja. Tetapi mengapa kau mengajak ku Jim?"
Jimin menatap Jeongyeon, tidak lagi menaruh atensi nya ke pada buku lumayan tebal yang beberapa menit ini dibacanya. Dia tersenyum manis lantas mendekatkan wajahnya ke arah Jeongyeon.
"Aku ingin memberitahu Ayahku jika disebelah ku ada gadis yang selalu menganiaya ku,"
"Jim, persiapkan nyawa cadanganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHOBIA [END] ✔
FanficWarn : Cerita ini saya tulis tahun 2018 sampai 2021 yang mana tulisan saya masih sangat kacau dibeberapa part dan saya sengaja tidak merevisi untuk melihat progres saya dalam menulis dari tahun ke tahun. Juga karena malas:> - ▪ - Just cheese story a...