Ujian untuk kelulusan sudah selesai. Hanya tinggal menghitung hari saja maka baik Jeongyeon maupun Jimin akan meninggalkan sekolah ini. Sudah dua bulan sejak kematian Namjoon, tetapi ibu tiri Jimin atau lebih tepatnya ibu dari Namjoon tidak menginginkan otopsi dari jenazah Namjoon yang membuat mereka berdua tidak tahu apa penyebab Namjoon bunuh diri.
"Kau tidak apa-apa?" Jimin mendekati Jeongyeon yang tengah berdiam seorang diri di rooftop sekolah. Gadis itu menoleh lantas mengangguk ke arah Jimin.
"Kau ingat dulu sekali saat kau masih menjadi pembantu ku, aku menolong mu disini," Jimin terkekeh, mengingat-ingat saat kali pertama Jimin mengkhawatirkan keadaan Jeongyeon dan mengetahui bahwa ada satu orang yang sangat terobsesi dengan Jeongyeon. Kali pertama sebelum akhirnya Jimin selalu berada di dekat Jeongyeon.
"Cih, aku belum membalas dendam denganmu untuk hal itu Jim, di masa depan kau harus menjadi pembantuku," Giliran Jeongyeon yang memukul lengan Jimin. Pemuda itu hanya tertawa renyah.
"Tidak lama lagi kita lulus bukan?"
"Iya," Jeongyeon menatap lurus ke depan. Dari atas sini terlihat beberapa siswa yang tengah saling mengobrol atau hanya bersantai dengan duduk disana.
"Ternyata sudah sangat lama ya.."
Jimin menoleh ke arah Jeongyeon, mengernyitkan kening, bingung dengan perkataan Jeongyeon.
"Sudah sangat lama sejak kau tanpa permisi terus membuat masalah di kehidupanku, Jim,"
"Ah.. Itu," Jimin tertawa.
"Hei, santai lah, Jungie. Bukankah kau sangat bahagia karena kehadiran pemuda tampan sepertiku dikehidupan mu?"
Jeongyeon mendengus. Enggan untuk menanggapi perkataan Jimin, gadis itu lebih memilih berbalik guna turun dari rooftop sebelum suara Jimin menahan langkah nya.
"Tunggu dulu, Jung. Ikutlah dengan ku!"
"Kemana?"
"Sudah ikut saja,"
Jimin meraih jemari Jeongyeon lantas menggandeng nya, pemuda itu berlari-lari kecil. Menuntun Jeongyeon ke suatu tempat yang dimaksudnya.
___
Akhirnya disini mereka. Taman belakang sekolah, entah kebetulan atau apa saat ini tidak ada seorang pun di taman tersebut kecuali mereka berdua. Jimin mengajak Jeongyeon untuk duduk di bawah salah satu pohon besar, beralaskan tanah berumput.
"Disana ada tempat duduk tetapi kau malah menyuruh ku duduk disini," Jeongyeon sedikit kesal dengan Jimin. Pemuda itu nampaknya tidak mendengarkan perkataan Jeongyeon dan memilih menyandarkan punggungnya di pohon besar yang terletak di belakangnya. Melihat hal itu, Jeongyeon mengikuti apa yang Jimin lakukan.
"Jung, kau ingat tidak saat kau memarahi ku disini?"
Jeongyeon terdiam. Kembali mengingat perkataan Jimin lantas dia memberikan tatapan datar ke arah pemuda itu.
"Saat kau dengan kurang ajar mengumumkan kepada seluruh siswa jika aku sudah resmi menjadi milikmu bukan? Cih, untung saja aku tidak membunuhmu saat itu,"
"Mana bisa kau membunuh ku, bukannya saat itu kau sangat senang? Mengaku saja, Jung. Dasar tsundere,"
Bugh!
Jeongyeon tersenyum manis ke arah Jimin setelah melayangkan tendangan pada tulang kering Jimin membuat pemuda itu memekik kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHOBIA [END] ✔
FanfictionWarn : Cerita ini saya tulis tahun 2018 sampai 2021 yang mana tulisan saya masih sangat kacau dibeberapa part dan saya sengaja tidak merevisi untuk melihat progres saya dalam menulis dari tahun ke tahun. Juga karena malas:> - ▪ - Just cheese story a...