Bilik kosong terisi

335 55 7
                                    

"JAUHI GADISKU, BRENGSEK."

Disana, Hyunwoo terlihat mengunci Jeongyeon digenggamannya, mendekatkan wajahnya untuk menyentuh wajah Jeongyeon, namun detik berikutnya cengkraman kuat dilehernya serta pukulan mendarat diujung bibirnya. Menciptakan darah segar mengalir. Seakan tidak ingin membiarkan Hyunwoo bernapas, Jimin memukuli Hyunwoo bertubi tubi.

Membiarkan tubuh pemuda itu terhempas lalu terhuyung dengan lebam dibeberapa wajahnya, Jimin menatap Hyunwoo penuh amarah, tatapannya mengisyaratkan jika dia ingin membunuh pemuda itu. Namun, dia segera berbalik menghampiri Jeongyeon.

"Kau baik baik saja? Maafkan aku tidak menjagamu dengan baik." sesal Jimin sembari mengecek gadis didepannya yang kini bergetar.

Sementara itu, Hyunwo berdiri tertatih. Mendekati Jimin perlahan dengan senyum licik, Jimin bahkan tidak menyadari itu karena terlalu sibuk mencemaskan Jeongyeon.

"JIMIIIN!"

Terlambat, pekikan Jeongyeon terlalu lambat dibanding tangan Hyunwoo yang telah mengepal lalu memukul bahu Jimin, membuat Jimin ambruk. Gelap, Jimin tidak lagi mendengar teriakan Jeongyeon yang terus menerus menyebut namanya, juga beberapa siswa yang merangsek masuk kedalam kelas karena teriakan Jeongyeon lalu mengangkat Jimin guna membawanya ke ruang UKS.

____________

Jeongyeon kini duduk disebelah ranjang dimana Jimin masih memejamkan matanya, manik Jeongyeon masih basah karena pemuda itu tak kunjung membuka matanya sejak setengah jam lalu. Bahkan ramyeon diatas nakas kecil yang tadi diberi Jimin sudah mulai dingin.

Jemari Jeongyeon bergerak untuk menggenggam tangan Jimin, berharap dia akan terbangun dalam waktu dekat ini. Jeongyeon tak henti hentinya menatap wajah Jimin yang terlihat tenang. Entah berapa lama dia menunggu Jimin hingga tanpa sadar Jeongyeon pun terlihat tertidur disebelah Jimin.

Perlahan manik itu terbuka, mengerjap pelan untuk menyesuaikan ruangan asing yang agaknya lupa sejak kapan dia berada disini. "Jeongyeon." lirih nya pelan, ranum nya mengulas senyum kala melihat seseorang yang baru saja resmi -terpaksa- menjadi milik nya.

"Hei, bangun, dasar tukang tidur." tangannya terarah untuk mengusap pelan lengan Jeongyeon. Gadis itu melenguh sebelum membuka maniknya untuk melihat pengganggu tidur siang dadakan nya ini.

"Bodoh! Kau sangat merepotkan, lama sekali aku menunggu mu terbangun, kau tau hah?!" Gadis itu memaki Jimin dengan sesekali mendaratkan pukulan, membuat Jimin mengaduh kesakitan.

Jimin menangkap tangan Jeongyeon, mendekap jemari kecil milik Jeongyeon sembari menatap dalam manik kecoklatan milik gadis didepannya itu.
Jangan tanyakan bagaimana jantung Jeongyeon saat ini, jantung miliknya agaknya sudah malfungsi karena berdegup terlalu cepat.

"Hai, aku mencintaimu. Kau ingat kan? Dan aku akan selalu menginginkanmu, meskipun kau tidak mengizinkanku sekalipun, aku akan tetap menginginkanmu, Yoo Jeongyeon."

Pletak!

"Sialan! Bisa bisanya kau memukul dahiku disaat aku sangat serius hah?!!"

Jelas saja saat ini Jimin mengumpat sumpah serapah terhadap pemilik nama Yoo Jeongyeon, bagaimana tidak? Dahinya sepertinya bisa mengalami keropos tengkorak karena Jeongyeon yang terus menerus memukulnya.

"Kau sangat menyeramkan tadi, bisa lepas semua engsel ditubuhku karena perkataan mu, Jim."

Jeongyeon segera menarik tangannya dari dekapan Jimin, mendengus malas, sebelum membuka ramyeon pemberian Jimin yang sudah dingin. Dia menyodorkan ramyeon itu didepan Jimin.

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang