Ruangan Temaram

363 67 22
                                    

Begini, aku tidak tahu menahu perihal masa lalu mu. Yang kini aku tahu adalah masalah hatiku yang cukup sederhana untuk aku tautkan denganmu.

ㅡㅡㅡㅡ

  Tautan bibir mereka belum terlepas, bahkan Jeongyeon masih mencoba mencerna apa yang terjadi beberapa detik yang lain. Entah lah, hati nya bergemuruh hebat kali ini, namun anehnya tidak ada bayang bayang mengerikan yang terputar diotaknya bagaikan penggalan film. Tidak ada ketakutan di benaknya.

Yang dia rasakan hanya satu, deru nafas Jimin yang lembut menerpa wajahnya, rasa tenang yang menggelitik sekujur tubuhnya. Aneh. Begitulah pikir Jeongyeon. Jimin, pemuda itu melepaskan ciuman yang di mulainya. Dia menatap Jeongyeon lembut, bahkan gadis itu merasa waktu berhenti begitu saja saat ini dan meninggalkan nya juga hatinya yang semakin berdegup.

"Sederhana saja"

"..."

"Aku menginginkan mu, Yoo Jeongyeon"

Gila. Itulah kata pertama yang muncul di pikiran Jeongyeon, bagaimana bisa pemuda itu meracau di pagi hari seperti ini? Menginginkan apanya, dia bukan ramyeon yang enak dan siapa saja bisa menginginkannya. Oke, maksudnya Jeongyeon tidak paham dengan kata menginginkan disini.

"Kau gila? Apa tadi sarapan mu tercampur magic mushroom sampai sampai kau meracau hal aneh seperti ini?"

Pemuda itu mendengus, keluar dari mobil begitu saja meninggalkan Jeongyeon yang mematung dengan wajah bodoh. Namun, detik berikutnya pintu mobil terbuka, Jimin membukakan pintu untuk Jeongyeon dengan tatapan "Keluar, cepat!" membuat dia mau tak mau beranjak.

Tanpa sepatah katapun, Jimin menggandeng tangan Jeongyeon, tidak menghiraukan segala pertanyaan serta omelan Jeongyeon yang kesusahan mengikuti langkahnya. Pemuda itu berhenti di lapangan basket, tepat ditengah tengah sekolahnya. Dia tersenyum sesaat.

"Kalian semua berkumpul, cepat. Ada yang ingin aku beritahukan ke semua penghuni sekolah ini"

Sontak para gadis segera berlarian ke arah Jimin, mengelu elukan tentang betapa tampannya pemuda itu dan terlihat semakin tampan setiap harinya. Tetapi Jimin tidak bergeming, dia tetap berdiri menunggu semua siswa berkerumun di sekitarnya.

"Dengarkan, mulai hari ini, detik ini, gadis yang bernama Yoo Jeongyeon atau teman sebangku ku resmi menjadi gadisku"

Gemuruh suara seluruh murid memenuhi penjuru sekolah, ada yang berdecak kagum, mencemoh, bahkan menjelek jelekkan Jeongyeon terutama para gadis itu. Setelah mengatakan hal tersebut, Jimin lagi lagi menarik tangan Jeongyeon untuk membawanya ke belakang sekolah. Dia tahu bahwa gadis itu akan memprotes tindakannya, jadi dia cepat cepat pergi dari kerumunan sebelum omelan Jeongyeon meledak.

"KAU GILA?!" teriak Jeongyeon begitu Jimin melepaskan tautan tangannya, yang benar saja. Atas dasar apa Jimin mendeklarasikan hal itu ke seluruh siswa di sekolahnya.

"Maksud mu apa hah? Pagi ini kau menciumku, mengatakan menginginkanku, dan terakhir berbicara seperti itu didepan semua orang. Semuanya tanpa seizinku. Ah.. Aku tahu, karena aku sudah tidak bekerja denganmu sekarang seenaknya kau melakukan semua itu untuk membuatku kembali bekerja hah?!"

Belum apa apa kepala Jeongyeon pusing karena rentetan kejadian yang amat tiba tiba itu. Dia tidak peduli, dia akan terus memarahi Jimin, dia pikir ini sudah kelewat batas jika bercanda. Jimin diam, dia menyenderkan badannya di dinding. Menatap langit sembari menghela nafas.

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang