Manis

798 117 20
                                    

    Jeongyeon menguap lebar, malam ini kedua matanya masih sangat mengantuk karena tugas sialan yang dia kerjakan. Ditambah lagi ini akan ada ulangan, sempurna sekali. Suara klakson mobil yang kelewat dia hafal menyapa rungunya begitu saja.

"Cepat masuk lah!" Perintah yang menyebalkan itu sukses membuat bibir Jeongyeon mengerucut. "Jangan memerintah ku, sialan!"

Jimin, pemuda itu keluar dari mobilnya dan segera menarik tangan Jeongyeon untuk masuk ke dalam benda beroda empat itu. Tanpa banyak bicara Jimin memasangkan seatbelt Jeongyeon membuat mau tak mau jarak diantara wajah mereka terasa menipis. "Shht.. jangan mengumpat di dekatku, kau lupa itu manis?"

Deg! Wajah gadis itu spontan memerah. "Mengapa pemuda itu terasa lebih tampan dari dekat?!! Ini tidak adil, dan suaranya.. suaranya. Tuhan tolong aku" Jeongyeon menelan ludahnya, demi apapun gadis itu tidak berbohong jika suara Jimin saat mengucapkan kata kata itu terdengar err.. kalian tau sendiri.

"J-jauhkan wajahmu itu Jim!" Ucap Jeongyeon yang sepersekian detik kemudian merutuki kinerja bibirnya yang mendadak susah mengeluarkan sepatah kata ini. Bukannya menuruti kata Jeongyeon, pemuda itu justru menarik ujung bibirnya. Jangan tanya bagaimana reaksi Jeongyeon, tentu gadis itu memukul wajah Jimin dengan entengnya.

"Sungguh Jim, wajahmu itu memuakkan. Cepat berangkat! Hari ini akan ada ulangan, ingat!" Tidak tidak sebenarnya gadis itu mati matian untuk tidak berteriak karena sungguh rasanya seluruh tubuh Jeongyeon mati rasa. Jimin mengusap wajahnya dengan kesal, lalu menggerutu sembari masuk ke dalam mobilnya. "Kau sudah merusak wajah tampan ku Jung, awas saja"

Deru kendaraan beroda empat itu membelah jalanan yang masih sepi, hanya terlihat beberapa orang berlalu lalang. Sedangkan kedua remaja yang tengah berada di dalam kendaraan tersebut tengah sibuk dengan aktivitasnya masing masing, Jeongyeon dengan bibirnya yang terus merapalkan materi yang bagai mantra mantra aneh sedangkan Jimin yang menahan tawanya melihat ekspresi lucu gadis disebelahnya.

"Hentikan tawamu itu Jim!"

"Hahahaha wajahmu Jung, wajahmu.. lucu sekali"

"Park Jimin yang terhormat fokuslah pada jalan"

Jimin mengangguk dengan sisa tawa yang masih dia keluarkan, hanya butuh waktu sebentar sampai mobil itu memasuki area parkir sekolahnya. Jeongyeon segera keluar dari mobil diikuti Jimin, jemarinya merogoh tas mencari ikat rambut yang sepertinya dia simpan didalam tas nya. Namun belum sempat jemarinya menemukan benda itu, tangan mungil Jeongyeon lebih dulu ditarik Jimin. Pemuda itu mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Jeongyeon.

"Mendekatlah" setelah itu Jimin merogoh sakunya, mengeluarkan ikat rambut lucu berwarna biru. Dengan telaten pemuda itu kembali mengucir rambut sebahu Jeongyeon seperti yang dia lakukan beberapa hari yang lalu. Setelah selesai, Jimin tersenyum puas. "Ah ternyata aku bisa membuatmu terlihat lebih cantik Jung, sederhana. Hanya seperti ini kau sudah terlihat sangat cantik Jeongyeon"

Gadis itu terdiam beberapa saat, membungkukkan badannya sebagai ucapan terima kasih yang dibalas anggukan Jimin. "Ayo" jemari Jimin meraih jemari Jeongyeon lalu menggiring Jeongyeon untuk berjalan beriringan menuju kelas mereka.

"Jim, kau.. manis"

Sesampainya mereka di dalam kelas, Jimin segera mendaratkan tubuhnya di kursi bersamaan dengan Jeongyeon. Pemuda itu menelungkupkan tangannya, menyembunyikan wajah tampannya disana.

"Jim, kau mengantuk huh? Sebentar lagi bel dan-"

"Shht.. tutup dulu bibir chery mu itu. Aku sedang malas hari ini"

Telunjuk Jimin menyentuh lembut bibir Jeongyeon, membuat perkataan gadis itu seketika berhenti. Manikknya terus memutar mencoba menyembunyikan rona kemerahan yang sialnya menjalar begitu saja di pipi halus Jeongyeon.

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang