Sebuah senja

801 120 20
                                    

'Ini terlalu cepat, seperti sebuah getaran yang pura pura tak ku sadari'
.

..

"Jeongyeon!" suara berat Jimin memenuhi seluruh apartemen, dia mencari gadis yang beberapa jam lalu basah kuyup oleh air hujan. Tangan kanan Jimin memegang handuk dan mengusap rambutnya yang masih terlihat basah.

Maniknya tertumpu pada sebuah objek yang tengah duduk di bawah lantai dengan kedua lengah bertumpu meja kecil didepannya tengah sibuk membuka buka halaman buku yang dipegangnya. Jeongyeon dengan hoodie kebesaran milik Jimin yang menutupi sebagian tubuh mungilnya hingga nyaris sampai lutut.

Jimin duduk di sofa yang terdepat dibelakang Jeongyeon, memperhatikan gadis itu yang masih asik dengan dunia novelnya. Srak! Jimin merebut novel yang sedang dibaca Jeongyeon membuat pemuda itu di hadiahi tatapan mendelik dari sang empu nya novel.

"Kembalikan novelku!" seru Jeongyeon seraya menggapai gapai novel di tangan Jimin, pemuda itu menahan tawa saat melihat tubuh Jeongyeon jauh lebih kecil karena tenggelam oleh hoodienya. "Hei, lihatlah tubuhmu! Kau bahkan terlihat seperti hoodie berjalan. Dimana kau temukan hoodie itu?" kekeh Jimin masih dengan tangan yang menjauhkan novel itu dari Jeongyeon.

"Jim! Novelku!! Kau berani merusaknya akan kupastikan tidak bisa melihat matahari lagi!" erang Jeongyeon semakin kesal karena tangannya tak kunjung meraih buku kecil miliknya ditambah wajah mengejek Jimin yang Jeongyeon berani bersumpah terlihat jauh menyebalkan dari seekor kucing yang mencuri ikan. Sungguh, kucing masih terlihat lucu tetapi pemuda didepannya sangat menyebalkan.

Setelah puas menjahili Jeongyeon, akhirnya Jimin mengembalikan novel itu kepada Jeongyeon. Jeongyeon kembali duduk dengan tenang, Jimin mendengus. Sangat tidak mengasikkan berada disituasi hening seperti ini, rasanya dia ingin menjahili gadis itu setiap detiknya tetapi tentu saja Jimin tidak ingin rungunya berdengung karena teriakan dari ranum mungil Jeongyeon.

Jimin menaruh seluruh atensinya kepada gadis mungil didepannya, dia menyadari bahwa rambut sebahu Jeongyeon terlihat menutupi sebagian wajahnya saat sedang menunduk untuk membaca novel. Jimin tersenyum samar lalu tangannya mencari sesuatu, dia merogoh saku celananya. Sepertinya benda itu berada di sana.

Sementara itu Jeongyeon yang sedang fokus menjelajahi imajinasinya kaget saat di rasa sebuah tangan menyentuh rambutnya, Jeongyeon menoleh dan mendapati wajah Jimin hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. "Kau mau apa? Macam macam akan ku buat wajahmu mencium aspal Jim!" desis Jeongyeon. "Diam dan lanjutkan saja membaca novel itu, ck.. untuk apa macam macam dengan gadis menyeramkan sepertimu"

Akhirnya Jeongyeon menurut, dia kembali menunduk untuk meneruskan part demi part dalam novelnya. Hingga dia sadar, Jimin memegangi rambut nya lalu menguncirnya dengan telaten. Jeongyeon dia, dia membiarkan pemuda itu menyelesaikan pekerjaannya. "Nah.. sudah" Jimin tersenyum puas melihat hasil pekerjaannya, tidak terlalu buruk.

Jimin memperhatikan leher mulus Jeongyeon yang terekspos dengan anak rambut berada di sisi kanan dan kiri telinga Jeongyeon. "cantik" gumamnya perlahan, namun sungguh Jeongyeon masih bisa mendengar apa yang Jimin katakan.

"Terimakasih Jim" ucap Jeongyeon tanpa menoleh ke Jimin, sebenarnya gadis itu berterimakasih untuk kunciran di rambutnya bukan untuk pujian Jimin. Namun Jeongyeon tidak berani menoleh karena sialnya, wajah Jeongyeon terasa memanas.

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang