Semuanya Mulai

1K 137 14
                                    

Maap kalo typo ini aku ngetiknya udah kek dikejar utang :)

------Happy reading------

  "Baguslah, aku yang akan menggantikan para penggemarmu itu... Jungie." dapat Jeongyeon rasakan pipinya memanas sekarang.

Memandang Jimin sedekat ini ternyata tidak baik untuk kerja jantung gadis itu karena sekarang Jeongyeon mati matian menahan jantungnya yang seakan ingin melompat dari tempatnya saja.

"A-apa maksudmu?" gadis itu meurutuki kinerja bibirnya juga, mengapa dia mendadak seperti orang bodoh?

Pemuda itu-Jimin- memundurkan wajahnya. Dia menatap Jeongyeon dengan memiringkan kepalanya seraya mengeluarkan smirk yang entah sejak kapan terlihat semakin menawan bagi Jeongyeon, Jeongyeon menggeleng pelan, otaknya ini semakin tidak bisa diajak kompromi.

"Hei aku hanya bercanda, tentu saja aku tidak ingin menjadi penggemarmu. Tetapi..." Jimin menggantungkan kalimatnya,dia tertawa.

"Ternyata perkataanku sukses membuat wajahmu memerah ahahaha.. kau.. wajahmu seperti kepiting rebus ahahaha." pemuda itu mendadak terbahak keras, dia memegangi perutnya karena tertawa terlalu kuat.

Bahkan sekarang semua mata memandang mereka. Jeongyeon? Tentu saja gadis itu tengah menutupi wajahnya dengan telapak tangan tidak lupa dengan berbagai umpatan yang dirapalkan bibir mungilnya.

"Berhenti tertawa, Park bantet sialan!!" Jeongyeon setengah berteriak, ini pertama kalinya gadis itu berbicara keras setelah bertahun tahun di Seoul High School dan itu semua karena seorang Park Jimin.

"Hei?! Apa kau bilang? Namaku Park Jimin dan aku beberapa centi diatasmu!" Jimin tak kalah berteriak, maksudnya siapa yang mau dibilang bantet oleh seseorang yang bahkan jauh lebih mungil daripada dirinya.

Jangan lupakan pemuda itu memiliki perut atletis yang bisa membuat semua gadis bertekuk lutut dihadapannya.

Kring! Ok mari berterimakasih kepada dering bel masuk yang sudah menyelamatkan kita dari perdebatan kedua anak manusia tersebut. Jeongyeon menatap Jimin tajam, pipinya sedikit menggembung menahan kesal sedangkan pemuda itu hanya memamerkan wajah sedatar triplek andalannya.

"Park sialan!" umpat Jeongyeon pelan namun berhasil membuat Jimin yang hendak mengeluarkan buku mendadak berhenti. Jimin mendekatkan wajahnya ke arah telinga Jeongyeon lalu berbisik pelan.

"Gadis tidak boleh mengumpat. Jika kau masih saja mengumpat aku akan.... menciummu."

Runtuh sudah dada Jeongyeon karena sekarang detak jantungnya seakan menggelar konser besar besaran, gadis itu menelan semua kata mutiaranya karena dia sungguh takut dengan ancaman Jimin.

"Ibu tolong anakmu ini," Jeongyeon hanya mampu merengek didalam hati. "Jangan lupa pulang sekolah kau pulang bersamaku, tidak ada kata penolakan." tegas Jimin.

Seharusnya ajakan itu bisa membuat para gadis meleleh jika saja dikatakan dengan intonasi lembut bukan diucapkan dengan datar yang justru membuat Jeongyeon ingin melempar wajah itu dengan sepatu.

____________________

       Jam pulang sekolah sudah berdering sejak dua puluh menit yang lalu namun pemuda bermarga Park itu masih setia duduk didepan kap mobilnya sembari berdecak pelan. Sepulang sekolah Jeongyeon izin pergi ke toilet dan sekarang hampir setengah jam Jimin menunggu Jeongyeon.

Pemuda itu menekan ikon telepon sejurus kemudian ponsel pintarnya sudah berada didekat telinganya, diseberang sana sesorang yang Jimin telepon tidak segera mengangkat membuat Jimin menghela nafas kasar lalu mencoba menelpon untuk yang kedua kalinya.

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang