Hola-! Long time no see, still remember me? :' Yay or nah? Nah? Okay:"
.
.
.
Jimin menepuk Jeongyeon yang tertidur di bahunya, gadis itu memang tertidur sebentar. Jeongyeon mengerjapkan maniknya, lalu menguap sembari menatap Jimin. "Ya, Jim? Ada apa?" tanya nya masih dengan ekspresi sedikit mengantuk nya. Pemuda itu terkekeh, menyibak poni yang menutup dahi Jeongyeon."Hampir jam istirahat, bodoh. Kau mau terus tertidur? Setelah istirahat akan ada ulangan, kau ingat?" ucap Jimin sembari berdiri dari posisi duduknya. Jeongyeon mengangguk dan berdiri disebelah Jimin, dia memukul bahu Jimin. Gadis itu menguap berusaha melepaskan kantuk sembari mengangguk.
Ah ya, sebenarnya mereka tidak perlu belajar untuk ulangan mengingat jutaan bulir materi sudah terjejal dan tersusun rapih di otak masing masing. Berjalan beriringan menuju kelas dengan sesekali saling melempar olokan, mencubit bahkan menjitak (bagian ini lebih sering dilakukan jeongyeon). Beberapa menit kemudian nafas Jeongyeon tercekat. Dia meringsut ke tubuh Jimin dengan sudut mata yang menatap sosok tegas tengah berjalan berlainan arah dari mereka.
Pemuda itu tersenyum miring ke arah Jimin dan Jeongyeon. "Hai Yeon, tidak membaca surat dari ku ya pagi ini? Aku menemukan surat itu di tempat sampah. Hm.. Kau mulai berani ternyata"
"Cih, dia tidak harus membaca surat sialan dari mu bodoh!" hardik Jimin membuat pemuda itu tertawa. Ya dia Hyungwoo, pemuda itu menggeleng sejenak sebelum melempar pandangan nya ke arah Jeongyeon lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
"Jim, aku takut"
"Tenang, tidak akan ada orang yang mau menculik atau melukaimu. Makan mu banyak, bisa bisa rugi mereka yang berani menculikmu"
"Jim, pernah merasakan sepatu mendarat di wajahmu?"
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Waktu ulangan berlangsung, tidak ada kesulitan sama sekali di wajah sepasang murid pintar disekolah ini. Beberapa pasang mata menatap mereka dengan tatapan kesal, iri, memohon untuk sekedar mendapat contekan, dan lainnya. Jimin dengan santai dan sedikit sombong melangkahkan kakinya menuju meja guru dan mengumpulkan hasil pekerjaannya.
Berbeda dengan Jeongyeon yang memilih tidur meski pekerjaannya pun sudah selesai, ingat tidur adalah sebagian visi dan misi Jeongyeon dalam menghabiskan waktu di sekolahnya.
"Ah.. Akhirnya" Jimin meregangkan otot ototnya yang sedikit kaki selepas mengerjakan soal tadi. Dia melirik kursi disebelahnya lalu berdecak.
Pletak!
"Aish sialan, sakit bodoh. Kau pikir kepalaku ini bola voli seenaknya kau pukul!"
Jeongyeon yang tidurnya terusik karena kepalanya sedikit berdenyut akibat pukulan makhluk menyebalkan itu bersungut sungut. Hey ingat, kepalanya ini berharga dan Jimin memukul nya sembarangan. Kalau tiba tiba konslet dan tidak bisa berpikir bisa lengser gelar murid pintar yang lama diterimanya bukan?
"Apa kau semalam marathon drama huh? Seharian ini tidur terus cih"
"Hey hey.. Jangan salah, tidur adalah sebagian dari hidup!"
"Motto dari mana itu?, ya terserah. Oh iya aku nanti tidak bisa mengantarkan mu pulang sekolah, kau naik bus saja ya Jung?"
Gadis kecil itu mengangguk lucu membuat beberapa helai poninya bergerak. "Memangnya kau ada urusan Jim?"
"Huum"
Kalian pernah merasakan saat dikucilkan karena menjadi terlalu pintar? Atau mereka hanya ingin berteman denganmu untuk sekedar dapat memanfaatkan keadaan saat ada pr atau tugas lainnya? Menjadi tertutup tanpa kau sendiri tahu apa sebabnya? Dan disaat tiba tiba keajaiban datang dimana ada satu teman yang mau bersamamu tanpa memandang itu? Mengejekmu tanpa perlu mengorek jauh masalah mu meski dia bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHOBIA [END] ✔
FanfictionWarn : Cerita ini saya tulis tahun 2018 sampai 2021 yang mana tulisan saya masih sangat kacau dibeberapa part dan saya sengaja tidak merevisi untuk melihat progres saya dalam menulis dari tahun ke tahun. Juga karena malas:> - ▪ - Just cheese story a...