Berbagi bukan memaksakan diri

192 42 4
                                    

  Jimin masih mencari keberadaan Jeongyeon, tadi seorang pria paruh baya memberitahu Jimin jika dirinya melihat seorang gadis seperti Jeongyeon di salah satu gedung tua yang terletak jauh dari apartement nya. Jimin bergegas menuju tempat yang dimaksud, amarah masih menyelimuti tubuh Jimin. Dia tahu siapa yang melakukan hal ini. Amat tahu.

"Awas saja jika kau berani menyentuh gadisku, Namjoon,"

Jimin menggertakkan giginya. Akhirnya mobil yang dikendarai nya sampai di tempat yang dimaksud. Dia bergegas keluar dari mobilnya dan berlari menuju gedung tua terbengkalai didepannya ini. Jimin mendobrak pintu yang sangat rapuh, dia memasuki gedung tersebut sembari mengecek setiap sudut gedung. Pemuda itu terus menerus meneriakkan nama Jeongyeon, berharap gadis itu akan menjawabnya namun nihil. Tidak ada jawaban dari Jeongyeon sedikitpun.

Tepat ditengah tengah gedung tersebut terdapat sebuah ruangan. Jimin melihat kursi didalam ruangan itu lengkap dengan seutas tali yang nampaknya bekas digunakan untuk mengikat seseorang. Jimin segera mengedarkan pandangannya, berharap jika Jeongyeon berada disana dengan kondisi baik baik saja.

"Jeongyeon! Kau mendengarkanku?"

Jimin berteriak. Kedua matanya telah memanas saat ini, berharap harap cemas tentang gadis yang amat disayanginya. Tiba-tiba rungu Jimin menangkap bunyi seperti seseorang menginjak reruntuhan kayu yang mengering, sontak Jimin berlari ke arah bunyi tersebut.

"Jeongyeon! Akhirnya kau--"

Perkataan Jimin terpotong saat dilihat Jeongyeon nampak dipapah oleh seseorang. Jimin segera menghampiri Jeongyeon beserta seorang pemuda yang tengah memapahnya, tadinya Jimin berpikir jika pemuda itu Namjoon tetapi saat didekati dirinya salah. Ternyata pemuda itu bukanlah kakak tirinya.

"Jung! Kau tidak apa apa? Siapa yang membawamu kesini? Apakah orang ini?"

Jimin melemparkan banyak pertanyaan kepada Jeongyeon namun gadis itu hanya tersenyum lemah ke arah Jimin. Barang belanja yang tadi dibelinya tergeletak tidak jauh dari tempatnya dengan keadaan kotor, seperti ada seseorang yang menyeret Jeongyeon secara paksa sehingga barang barang tersebut terjatuh.

"Tidak, dia yang menyelamatkan ku, Jim. Yang membawaku kesini itu... Namjoon,"

Jimin menangkap tubuh Jeongyeon, mengambil alih tubuh mungil gadis itu kedalam dekapannya. Sedangkan pemuda yang tadi memapah Jeongyeon hanya melempar senyum sopan ke arah Jimin.

"Sialan, jadi benar Namjoon itu yang membawamu. Ah, maafkan saya telah berprasangka buruk kepada Anda. Terimakasih telah menyelamatkan kekasih saya, terimakasih banyak,"

Jimin membungkuk berkali-kali kepada pemuda itu lantaran merasa tidak enak sudah menuduh yang tidak tidak tetapi pemuda yang dimintai maaf itu justru tertawa renyah sembari menggeleng.

"Tidak apa apa, kebetulan tadi aku melihat Nona ini berteriak saat diseret secara paksa oleh seseorang. Karena penasaran jadi aku membuntuti mereka sampai kesini dan ternyata dugaanku benar, jadi aku mencoba melepaskan Nona ini. Hanya itu,"

"Apakah orang yang tadi membawa Jeongyeon ada disini?"

"Oh iya, memang tadi dia disini. Tetapi sekarang rasanya sudah pergi. Tadi aku terlibat sedikit perkelahian dengannya,"

Pemuda itu menggaruk tengkuknya sembari tertawa santai seakan tidak ada apa apa. Setelah dicermati Jimin baru saja sadar jika diwajah pemuda itu terdapat dua memar ditempat yang berdekatan. Tampaknya memang benar Namjoon sempat memukul pemuda tersebut.

"Terimakasih banyak, maaf membuat Anda terluka seperti itu. Kalau boleh saya tahu siapa nama Anda? Saya akan membalas budi Anda jika sewaktu-waktu Anda membutuhkan saya. Gadis yang Anda selamatkan ini sangat berarti untuk saya,"

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang