Labirin waktu

934 126 20
                                    

Typo maapin ya :)

-----------happy reading----------

Hazel Jimin mengerjap pelan, dia meregangkan ototnya sebelum beranjak dari kasur empuk kesayangannya. Maniknya menatap jam kecil yang terletak di atas nakas. "19.00KST" gumamnya perlahan, dengan segera dia membersihkan dirinya.

Kaki Jimin menuruni anak tangga, kini dia memakai kaos polos tanpa lengan yang sempurna menampilkan bisepnya. Kening pemuda itu berkerut saat lampu di seluruh ruangan sudah menyala disusul sosok gadis yang tengah tertidur diatas meja makan berbantalkan lengan. "Ah iya.. aku lupa dengan bocah itu" ucapnya pelan. Jimin mendekati gadis yang tidak lain adalah Jeongyeon.

Ditatapnya lekat wajah polos Jeongyeon, jujur saja hati kecilnya mengatakan bahwa gadis itu cantik.. sangat cantik saat sedang terlelap seperti ini. Tangan Jimin terangkat untuk mengusap pipi Jeongyeon, gerakannya sukses membuat gadis itu terganggu dan beberapa detik kemudian manik indahnya terbuka. "Hey bangun.. apartemenku bukan tempat menampung orang tidur sepertimu"

"Engh.. jam berapa ini?" tanya Jeongyeon dengan suara serak, lehernya terasa agak pegal karena tertidur di meja. Sialan memang, pemuda itu dengan enaknya tidur di kamarnya sedangkan Jeongyeon terpaksa tertidur disembarang tempat.

"Ini sudah malam, cepat cuci wajahmu. Aku akan mengantarkanmu pulang" titah Jimin lalu berjalan ke arah dapur. "ASTAGA JIM! IBUKU AKAN MARAH JIKA AKU BELUM PULANG!" Alih alih membasuh wajahnya, Jeongyeon justru berteriak dengan paniknya.

Jimin mendesis kesal, di tatap Jeongyeon dengan wajah datar khasnya. "Berhenti berteriak dan cuci wajah mu! Jangan panik seperti itu, suara mu mencemari apartemen ku kau tahu" ucapan Jimin sempurna membuat manik Jeongyeon membulat sempurna. "Kau pikir aku polusi huh?!" geram Jeongyeon sembari berkacak pinggang. "Jika kau masih saja berdiri disitu, bau mu juga akan menjadi polusi"

"ASTAGA JIM MULUT MU TERBUAT DARI APA HUH?!"

__________________

Jeongyeon keluar dari kamar mandi, sekarang dia merasa lebih segar. Indra penciumannya menangkap bau harum seperti makanan, iya makanan! Tanpa diperintah kaki jenjang nya berlari kecil ke sumber aroma yang menggugah selera perutnya, disana tepatnya dimeja makan sudah terhidang beberapa makanan yang mampu membuat air liur Jeongyeon menetes.

"Kau yang memasak ini semua Jim?" tanya Jeongyeon antusias, tangannya terasa gatal ingin mencicipi satu persatu makanan itu. "Kau pikir siapa lagi? Makanlah!" jawab Jimin datar. Meski diucapkan dengan nada datar Jeongyeon merasa tersentuh, pemuda itu memasak untuknya?

"Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak mau dapurku hancur jika kau yang memasak" perkataan Jimin sukses membuat ambyar semua persepsi mengharukan dipikiran Jeongyeon. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, namun tangannya tidak mau menolak untuk tidak menyendok makanan didepannya. "Cepat habiskan Jung" pemuda itu berjalan ke arah wastafel untuk mencuci piring kotornya.

Jeongyeon mengernyit, selama enam belas tahun hidupnya selalu dipanggil Yeon atau Jeongyeon. Ah iya.. gadis itu lupa jika Jimin menetapkan panggilan khusus untuknya, 'Jungie'. "Tungwu akwu sebwentar lwagi swelesai" Jeongyeon menjawab dengan mulut penuh. Jimin meraih jaket nya lalu dengan sepersekian detik jaket itu sudah membalut tubuhnya. "Aku tunggu diluar"

Setelah selesai dengan acara makan malamnya, Jeongyeon bergegas menyusul Jimin yang sudah menunggu diluar apartemen. "Ayo.." pemuda itu berjalan dengan Jeongyeon di belakangnya. Mobil sport hitam milik Jimin membelah lengangnya jalanan Seoul, mungkin orang orang terlalu malas berkeliaran di dinginnya udara malam hari.

EUPHOBIA [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang