25. Hampir Saja

546 76 2
                                    

Happy reading ❤️

Alena terlihat sedang menyeruput es teh yang tadi ia beli di kantin, di sampingnya ada Alex yang sedang makan juga Ardi yang sibuk dengan ponselnya entah melakukan apa. Sepertinya matahari berada di atas kepala mereka, mengingat cuaca siang ini sangat terik.

Alena mengibaskan tangannya untuk menghilangkan hawa panas yang ada disekitarnya. Ia menghela ketika ada sekelebat angin yang berhembus menerpa wajahnya. Ia memejamkan matanya guna menikmati sensasi yang sangat sejuk. Ia membuka matanya perlahan ketika melihat ada bayangan yang menutupi pandangannya.

Ia tersenyum manis saat Alex menatapnya dengan pandangan yang teduh. "Ish, cuci tangan dulu sana!"
Bukannya menjawab Alex hanya tertawa mengiyakan. Sambil terus menatapnya.

"Ar, gak latihan hari ini?" tanya Alena menghadap ke Ardi yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Nggak dulu. Istirahat capek tiap hari latihan," sahut Ardi mendadak kesal mengingat kejadian kemarin.

"Eh, Lo, tahu gak?!" Ardi berucap dengan nada geregetan.

"Gak!" jawab ketus Alex yang sedang mencuci tangan di wastafel.

"Dih! Gue gak nanya Lo, bang," sewot Ardi kesal.

"Emang ada apa, Ar?" tanya Alena penasaran.

"Masa nih, ya, kemarin gue dihukum gegara datangnya telat. Disuruh push up sampai mau meninggoy," lontar Ardi hiperbola.

"Kamu sendiri?" tanya Alena

"Ya, gak, sih. Ada Dimas untungnya," jawab Ardi cengengesan.

Alena malah tertawa kecil, ia tidak sanggup membayangkan wajah nelangsa Ardi.

Ardi terlihat mendegus. "Kesel gue. Mana gak disuruh istirahat masa langsung main,"

"Mampus!" cemooh Alex datang.

"Dih!!!" ejek Ardi

Alex tidak menjawabnya tahu itu hanya akan membuang tenaganya mengingat Ardi yang banyak ngomong.

"Bang nge-live yok!" ajak Ardi bersemangat.

"Ogah!" tolak Alex mentah mentah.

"Ayolah bang biar banyak yang lihat, kan secara Lo itu banyak yang suka," ceplos Ardi tidak berdosa melihat ke arah Alena.

Alena tidak marah, memang Alex terkenal karena parasnya kan? Lagi pula orang awam mengenalnya karena dia suka tawuran.

"Cie, cemburu, 'kan? Ya, 'kan?" goda Ardi mencoba meledeknya.

Alena memutar bola matanya jengah. "Gak jelas, Ar!"

"Huu, ngambek, huuuu!" sorak Ardi layaknya anak kecil.

Alena berdiri lalu mengambil botol minumannya. Ia bersiap untuk melempar botol itu ke arah Ardi. "Berisik! Sana pergi!" Alena memukulkan botol plastik dengan pelan ke arah Ardi.

"Duh, sakit woi!" seru Ardi hiperbola. Padahal Alena hanya memukulnya pelan.

Alex sepertinya tidak ikut campur. Ia mengamati Alena dalam diam sambil terus menatapnya. Tatapannya tertuju pada seragam Alena yang tampak kekecilan. Tunggu, apa? Ia mengusap wajahnya pelan ada apa dengan pikirannya sekarang.

"Dasar alien!" ejek Ardi yang masih menghindar dari pukulan Alena.

"Apa?!" seru Alena marah ia kembali memukulkan botolnya dengan kencang tanpa ampun.

"Heh, denger, ya. Nama Lo, 'kan Alen kenapa gak sekalian alien?" tanya Ardi meledek.

"Alena, bukan Alen, Ar!" koreksi Alena tidak terima.

Repui (SELESAI)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang