Happy reading ❤️
Alex telah berhasil membujuk Alena untuk bolos pelajaran jam pertama dan bodohnya Alena menuruti kemauannya, lebih tepatnya karena dipaksa. Entahlah ada angin apa Alex memaksakan Alena untuk ikut bolos, padahal sebelumnya Alena belum pernah bolos.
"Na aku takut," tutur Alena merasa cemas.
"Gak usah takut ada gue Al. Lagian daripada bosen di kelas, 'kan?" tutur Alex.
Alena manggut-manggut merasa benar tapi disatu sisi ia merasa was was. "Besok lain kali aku gak mau,"
Alena mengerucutkan bibirnya kesal. Baru kali ini ia tidak mematuhi peraturan hanya demi Alex. Bisa saja dirinya menolak tapi Alex memaksanya.
"Kok gitu?" tanya Alex menatap wajah Alena yang cemberut.
Seketika wajah Alena memerah dan merasa panas. Setiap kali Alex menatapnya ia merasa sangat senang. Ia bahkan tidak sanggup untuk menatapnya.
"Kamu nyebelin!" Alena mengalihkan pengelihatannya.
Jika sudah begini Alex merasa gemas dengan Alena. Ia menyenderkan kepalanya ke bahu Alena. "Lain kali gak lagi, deh."
Alex menatap wajahnya yang terkena sinar matahari. Pagi ini Alena terlihat lebih segar tidak pucat seperti biasannya. Ia menggenggam tangan Alena yang lembut.
"Marah?" tanya Alex mengecup singkat punggung tangan milik Alena. Sontak itu membuat Alena merasa terkejut.
Alena menatap Alex dengan tatapan kaku. Ia menerjap nerjapkan matanya binggung ingin bicara apa.
"Sorry Al. Gue gak bermaksud," Alex langsung panik, padahal niatnya hanya ingin meminta maaf dengan hal yang romantis, seperti yang di lakukan oleh temannya. Dirinya sendiri pun belum pernah melakukan ini kepada perempuan lain. Hanya Alena dan selamanya Alena.
Alena tersenyum kaku. "Iya. Aku hanya terkejut karena belum pernah merasakan seperti tadi,"
Alena bertanya pada dirinya, apakah benar Alex mencintainya?
"Bagus dong!" seru Alex girang.
"Kenapa?" tanya Alena lugu.
Alex menarik tangan Alena kepelukkannya. "Karena Lo cuma punya gue, milik gue!"
Dalam pelukan Alena mengigit bibir bawahnya, menahan agar tidak berteriak. Jantungnya memberontak berdetak dua kali lebih cepat. Ia membalas pelukan Alex. Cukup lama, disaat saat seperti inilah yang membuat Alena merasa nyaman dan aman.
"Al, udah minum obat?" tanya Alex teringat tentang kondisi Alena.
Alena mendongakkan kepalanya, menatap wajah Alex. "Belum,"
"Nanti aja aku males," ungkap Alena merasa muak karena harus meminum obat setiap harinya.
Alex mencubit hidungnya pelan. "Kalau males mau sembuh kapan sayang?"
Alena tersenyum, tangannya terulur pada rambut acak acakan milik Alex, ia merapikannya dengan jari tangannya. "kamu kalau ke sekolah gak pernah sisiran?"
Alex memegang pergelangan tangan Alena lalu membawanya ke pipi kanannya. Dengan duduk sedekat ini, Alena merasa gugup. Mata mereka saling bertatapan.
"Kenapa nanya gitu? Gak suka?" tanya Alex
Alena tercengang. "Eh! Enggak gitu kok,"
Alex menatapnya tajam, seperti saat sedang marah. Terus menatapnya hingga membuat Alena merasa was was. Gelak tawa terdengar dari telinga Alena membuat dirinya merasa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repui (SELESAI)☑️
Fiksi Remaja||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DON'T COPY MY STORY!!! Bagi Alena tidak ada yang bisa membuatnya tersenyum hingga tertawa lepas. hidupnya begitu rumit tidak ada yang mungkin untuk dipertahankan, bahkan Alena sendiri tidak pernah menge...