27. Gegara Seragam

558 66 3
                                    

Happy reading ❤️

“Lo, gak papa? Kusut gitu muka Lo?” tanya Rika turun dari sepeda onthelnya.

“Hem,” gumam Alena malas. Masih merasa ngantuk.

“Habis nangis, kan? Ngaku?!” tuduh Rika melihat mata Alena yang membengkak.

Alena berdecak malas. “Gak Ka! Tadi malam habis begadang ngerjain tugas.”

Rika menyipitkan matanya melihat kembali matanya yang membengkak. “Beneran?”

“Iyaaaa Rika,” ucap Alena gemas.

Rika terkekeh melihat raut wajah temannya yang kesal. “Iya deh. Gitu aja ngambek, Lo.” Alena memutar bola matanya kesal.

“Gue cabut dulu, ya.” pamitnya melambaikan tangan. Alena mengangguk.

Setelah kepergian Rika, Alena menguap lebar ia melewati koridor yang masih sepi dengan lunglai. Memang benar apa yang dikatakan Rika bahwa dirinya habis menangis. Benar saja, tadi malam adalah mimpi buruknya.

Matanya terlihat sayu, kelopak matanya terlihat menghitam seperti panda. Ia merasa sangat letih, ingin menangis tapi sepertinya air matanya sudah terkuras tadi malam.

“Len!” panggil seseorang. Dari suaranya ia merasa tidak asing, suara yang dulu sangat ia inginkan tapi itu DULU.

Alena membalikan badannya, dan benar saja. Sesuai dengan dugaannya.
“Len, tunggu!”

Orang itu terlihat menerjap melihat Alena. Dia memandangi dari atas sampai bawah, membuat Alena bergerak kaku.

“Ada apa, Ren?” tanya alena

“Gue mau minta maaf,” tuturnya terlihat tulus.

“Perihal?” tanya Alena lagi, ia tidak suka basa basi.

“Minta maaf atas perkataan gue yang menyakitkan tempo dulu. Sorry Len,” jawabnya merasa tidak enak.

“Iya, udah aku maafin,” sahut Alena melengang pergi malas harus bercakapan dengan Daren.

“Gue tahu lo sakit,” tuturnya membuat mata alena melebar, ia menghentikan langkahnya.

Seolah tahu pertanyaan yang akan dilontarkan olehnya, Daren menjawab. “Gue anaknya dokter yang waktu itu, Lo tabrak pas keluar rumah sakit,”

Alena memutar kembali ingatannya, memang betul waktu itu ia menabrak seseorang dan tidak sempat untuk melihatnya. Ternyata orangnya adalah Daren yang ternyata anak dari dokter yang memeriksanya.

“Kasih gue kesempatan,” pinta Daren kepada Alena.

“Buat apa?” tanya Alena tidak paham.

“Gue--suka sama Lo,” tuturnya dengan pelan.

Alena menyerit mendengar perkataan Daren. Ia merasa kesal kenapa dia baru mengucapkannya sekarang? Kenapa saat dulu ia mengejarnya dia tidak peduli? Semudah itukah dia bicara? Apa hanya karena dia merasa kasihan melihat kondisi Alena sekarang?

“Gue tahu gue telat. Tapi tolong Len, kasih gue kesempatan,” Daren ingin memegang tangannya tapi buru buru ia tepis-kan.

“Maaf Ren t-tapi aku nggak bisa,” ucap Alena melengang pergi dengan gerakan cepat.

“Len!”

Alena membiarkan teriakannya. Ia fokus berjalan kedepan, untuk apa ia menerima cowok yang sudah membuat hatinya sakit? Lagipula ia sudah ada Alex yang selalu membuatnya merasa aman.

Sakit hati itu pasti, Daren menghela napasnya ini memang salahnya sendiri ia dulu menyia nyiakan Alena yang begitu tulus mencintainya. Tapi tangannya sekarang terkepal kuat, matanya menatap tajam tubuh Alena yang semakin kecil dipandangannya.

Repui (SELESAI)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang