33. Riski lagi

516 69 6
                                    

Happy reading ❤️

“Udah lega?”

Alena mendongakkan kepalanya, enggan untuk melepas pelukannya. “Dikit,”

Alex kembali memeluk pacarnya dengan erat tidak mau melihatnya sedih. Ia sudah mengetahui semuanya, Alena menceritakan kejadian semalam tentang perceraian kedua orangtuanya.

Sebenarnya kalau boleh jujur Alex sendiri sedari tadi menahan marah. Ia juga mempunyai masalah yang cukup membuatnya naik pintam, tapi ia menyingkirkan ego-nya. Pacarnya mempunyai masalah yang lebih besar darinya. Masalah yang selalu membuat hati Alex ikut sesak.

Kadang Alex berpikir, kenapa perempuan sebaik dan setulus Alena mempunyai masalah yang cukup besar. Ia sendiri bahkan tidak sanggup jika ada diposisi nya. Sebisa mungkin Alex akan menghiburnya.

Alex mencium keningnya cukup lama.  “Nggak lupa minum obat, 'kan?”

“Gak kok, tadi sebelum berangkat sekolah,” tutur Alena masih memeluknya.

Alena menyembulkan kepalanya. “Kenapa, ya? Papa tega banget sama mama.”

Alex mencubit gemas pipinya. “Pasti ada alasannya Al,”

“Ada hal yang orang tua Lo sembunyikan,” ujar Alex memegang pipinya.

Alena berpikir sejenak. Ia mengingat sesuatu saat mereka bertengkar. “Ah, iya! Pernah dengar mereka dulu di jodohkan,”

“Dan papa gak setuju. Beliau tidak menyukai mama,” lanjutnya merasa pasrah.

Alex mendekatkan dirinya kepada Alena sambil menatapnya dalam dalam. “Apapun alasannya Al. Gue nggak mau Lo sedih jangan putus asa, masih ada gue yang bakal jagain Lo,”

“Makasih banyak Na,” Alena tersenyum penuh haru setidaknya masih ada seseorang yang mau menemaninya.

Alena bahkan tidak menyangka sejauh ini Alex selalu ada disampingnya. Memberinya kasih sayang layaknya sebuah pasangan remaja yang bahagia, walau didalamnya terdapat banyak luka. Tapi Alex tidak pernah mempermasalahkan kekurangan yang ia miliki.

Di satu sisi Alex beruntung memiliki Alena. Saat pertama kali mengenalnya, ia tidak pernah menyangka bakal sejauh ini, bahkan sekarang Alena adalah hidupnya. Ia tidak akan pernah membiarkan orang lain menganggu pacarnya.

“Duh gini ya rasanya punya doi. Peluk sana sini, cipika-cipiki,” dumel Ardi datang sambil menyedot es teh  yang ada digenggamannya.

Segera mereka mengurai pelukan.

“Ngapain Lo kesini?” usir Alex mendegus.

“Terserah gue dong! Taman ini, 'kan milik sekolahan bukan miliknya, Naja!” ledek Ardi menirukan gaya Alena yang suka memanggil Alex dengan sebutan Naja.

Alex menjitak pelipis Ardi pelan. “berbisik Lo!”

“Pergi sana!” usianya lagi.

“Bodoamat ya, bang!” seru Ardi memeletkan lidahnya.

Alena mendegus sabar, jika mereka berdua berada dalam satu ruangan pasti saja ribut. Alena mengarahkan tangannya untuk mengacak-acak rambut ikal Ardi.

“Eh, Len tadi pagi gue kerumah nyokap pas ambil baju gak sengaja lihat papa Lo,” ucap Ardi

Oh jadi papanya lari ke pelakor itu.

Memang setelah pertengkaran semalam, papanya pergi dengan membawa koper. Setega itu papanya meninggalkan Alena.

“Gue denger kalau papa Lo siap cerai,” lirih Ardi takut Alena merasa sedih.

Alena menatap Ardi dengan senyum pasrah, lagipula ia tidak bisa menyalakan Ardi, kan?

Repui (SELESAI)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang