Happy reading ❤️❤️❤️
Pagi ini terlihat cerah dan berawan. Seorang gadis mengayuh sepeda dengan santai, sesekali bernyanyi agar menumbuhkan rasa semangat untuk pergi sekolah hari ini. Sesekali menyapa warga yang berada di tepi jalan.
Saat mendapati kakek tua di pinggir jalan gadis tersebut selalu suka menyapanya. "Pagi kek!" serunya sambil tersenyum.
Tak jarang orang yang melintas mendahuluinya juga akan otomatis menyapanya, biasanya temanya yang mengendarai motor saat ke sekolah.
"Len!" panggil seseorang dari belakang, membuat Alena terkejut.
"Haii Nad!" balas Alena tak kalah heboh.
Alena tersenyum, temannya yang satu itu tidak pernah berubah selalu menyapanya dengan heboh. Sifatnya yang humble membuat Alena merasa iri.
Jarak dari rumah sampai sekolah tidak terlalu jauh, jadi Alena suka sekali menikmati perjalanan. Sepeda yang Alena tunggangi berhenti di tepi rumah.
"Rika!!!" panggil Alena keras.
"Iya gue denger, Len. Gausah teriak teriak bosen gue dengernya," sahut Rika menuntun sepedanya.
Alena terkekeh. "Tumben baru keluarin sepeda." Mengamati sepeda yang dituntun Rika.
"Lo sih, kepagian! Lupa? Hari ini 'kan kerja bakti," ucap Rika mengingatkan
"Kerja bakti?" Alena membeo.
Alena menepuk jidatnya. "Astagaa lupa!" teriaknya. "Eh, gak bawa apa-apa kan?"
Rika tertawa. "Udah gue duga, Lo pasti lupa, ditambah Lo itu orangnya panikkan," ledek Rika masih dengan tertawanya
"Iya deh. Yuk berangkat keburu telat," ajak Alena
"Seperti biasa Lo duluan," Alena mengangguk malas. Rika selalu saja tidak mau didepan dengan alasan malu.
Kini mereka berdua mengayuh sepeda. Seketika ingatan tentang tugas kelompok itu, melayang kembali ke memori otak Alena. Tidak menyangka sekarang sudah masuk ke gerbang belakang sekolah, menuju parkiran. Membuat wajah Alena murung.
"Kusut amat," ejek Rika, saat mereka berdua memakirkan sepeda.
"Nggak kok," tepis Alena.
"Yaelah. Gue duluan ya?" pamit Rika karena memang beda kelas. Rika dengan kelas IPA 3, sedangkan Alena kelas bahasa 2. Ngomong ngomong, Nadia juga satu sekolah dengannya. Hanya saja dia masuk jurusan ips 3.
Alena berjalan melewati koridor yang masih sepi. Alena melihat sesuatu yang melingkar dipergelangan tangannya, dilihatnya jam masih sangat pagi.
Sesampainya di kelas Alena hanya tersenyum, menyapa temannya yang juga baru datang walau senyumnya diabaikan.
Ia terdiam saat Nana sahabatnya dulu, mengobrol dengan teman sebangkunya di belakangnya. Sebelum ada anak baru datang Alena duduk bersama Nana tapi sekarang semua sudah berbeda. Lagi lagi Alena tersenyum miris, tidak berani melakukan apapun.
Kini gerombolan siswa memasuki kelas. Melewati bangku Alena tanpa menyapa, padahal sedari tadi Alena memberikan senyum paling indahnya. Ia melirik jam dipergelangan tangannya, masih ada sepuluh menit sebelum bel masuk, itu tandanya waktu untuk membaca novel kesukaannya.
"Buku terus, pintar kaga!" ejek Mauren salah satu anggota geng pembully Alena yang hanya bisa membully dengan sindiran dari belakang. Terkadang Alena heran sendiri, mengapa teman temannya hanya berani menyindirnya tanpa melabraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repui (SELESAI)☑️
Novela Juvenil||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DON'T COPY MY STORY!!! Bagi Alena tidak ada yang bisa membuatnya tersenyum hingga tertawa lepas. hidupnya begitu rumit tidak ada yang mungkin untuk dipertahankan, bahkan Alena sendiri tidak pernah menge...