Happy reading ❤️
Ardi berlari dengan terburu buru menuju kelas Alena. Bodoamat dengan perkataan Alex bahwa dirinya harus menyembunyikannya dari Alena. Ia pikir Alena wajib tahu bahwa pacarnya sedang berjuang di luar sana bersama murid yang lainnya.
Saat menuju kelas Alena, ia melihat sebagian siswa berlalu lalang menuju gerbang depan, sepertinya sudah terjadi. Ia melangkahkan kakinya lebih cepat. Sebelum terlambat.
"Len, ayo keluar! Bang Alex ikut tawuran!" teriak Ardi heboh menarik tangan Alena.
Alena menerjap tidak paham, bagaimana tidak? Ini sedang jam pelajaran tapi Ardi masuk ke kelasnya tanpa permisi. Lihatlah seluruh siswa yang ada di kelas menatap Ardi dengan pandangan bertanya.
"Ar, kamu ngapain kesini?" tanya Alena berbisik.
Mengerti pandangan Alena yang tampak bingung Ardi menepuk jidatnya pelan. Ia merasa malu diperhatikan oleh banyak orang. Entah dirinya yang terlalu bersemangat atau gimana, sampai ia tidak mengetuk pintu kelas.
"Ekhm," Bu Sri menatap Ardi aneh.
"Kamu ngapain ke sini? Tidak tahu Ini jam pelajaran?" tanya Bu Sri
"Eh ... Bu," Ardi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Bu, saya izin mau bawa Alena keluar," ujar Ardi cengengesan.
Bu Sri menyipitkan matanya. "Nggak!"
"Bu ini gawat! Apa ibu melihat kemana siswa laki-laki disini yang pergi?" Bu Sri menyapu pandangan murid di kelasnya. Dan benar saja hanya ada beberapa murid laki-laki.
"Tuh, Bu! Pada keluar!" seru Ardi menunjuk para siswa yang mulai berhamburan keluar.
"Pemisi Bu!" Ardi menarik tangan Alena dan membawanya keluar.
Alena berdecak kesal, Ardi terus membawanya keluar. "Kita mau kemana, Ar?"
"Beneran ada tawuran?" lanjutnya bertanya.
"Tanya Mulu kek Dora!" seru Ardi kesal. Ia membawa Alena masuk ke dalam lautan manusia yang ada di depannya.
"Minggir!" Ardi mencoba membukakan jalan untuk Alena.
Alena melebarkan matanya melihat kerumunan murid yang tawuran. Ia menyaksikan kejadian itu di depan matanya. Ia memegang lengan Ardi kuat, di depannya ada Alex yang sedang melawan tiga orang dengan tangan kosong, sedangan lawannya sendiri membawa-senjata.
Alena melihat sendiri bahwa pasukan dari SMA Ayodhya lebih sedikit daripada SMA sebelah. Terlihat dari jaket yang mereka kenakan.
Semakin ramai siswa melihat tawuran ini sebagai tontonan. Para guru mencoba menghentikan aksi mereka dengan memberi peringatan lewat toa sekolah.
"Berhenti!"
"Saya bilang berhenti! Atau saya laporkan ke polisi!" ancam Pak Danu yang hanyalah kata retoris bagi mereka. Bukannya berhenti, mereka semakin bruntal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repui (SELESAI)☑️
Novela Juvenil||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DON'T COPY MY STORY!!! Bagi Alena tidak ada yang bisa membuatnya tersenyum hingga tertawa lepas. hidupnya begitu rumit tidak ada yang mungkin untuk dipertahankan, bahkan Alena sendiri tidak pernah menge...