38. Malam Yang Panjang

766 70 2
                                    

Happy reading ❤️

Alena melangkahkan kakinya di hamparan pasir putih yang luas. Kedua tangannya ia rentangkan dengan menghirup udara segar. Kini mereka telah sampai di salah satu pantai di kotannya.

“Pantaiii!” teriak Rika kegirangan.

“Apa, Lo bilang? Tai?” tanya Ardi ngelantur.

Alena berdecak malas, pasti Ardi sengaja. “Jangan gitu Ar,”

“Tahu, tuh. Sini gue korekkin kuping Lo!” seru Rika mengejar Ardi yang menjauh.

Alena menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Ia menaruh  ransel di pasir. Para laki laki sibuk mendirikan tenda, cukup susah sepertinya mengingat angin yang cukup kencang. Ia mendekat ke arah Nadia yang juga menyiapkan makanan untuk nanti malam.

“Len, Lo bawa mangga?” tanya Nadia

“Enggak kok,”

Nadia mengangkat mangga itu ke udara. “Mangga punya siapa?”

Semua cowok menoleh.

“Punya gue. Kata emak suruh bawa buat rujak,” itu suara Juna.

“Okey sip. Cocok nih mangga muda,” tutur Nadia menatap mangga itu dengan tatapan mengiurkan.

“Mama muda?” Ardi mendekat dengan deru napas yang ngos-ngosan di belakangnya ada Rika yang mengejarnya.

“Woi, Ar! Sini Lo bantuin,” teriak Kevin heran malah kejar kejaran seperti anak kecil.

“Y, A. Ya!” ujar Ardi melengang pergi.

Alena mengiris sayuran dengan telaten. Untuk masakan nanti malam, akan ada sup ayam dengan sambal dan telur dadar. Ia tadi sudah memikirkan dengan Nadia, sedangkan Rika hanya menyimak tidak terlalu pintar dalam memasak.

Nadia tampak sedang mencuci beras dengan air galon. Karena disponsori oleh Alex dan Kevin maka caping kali ini terlihat sangat mewah. Tidak tanggung-tanggung Kevin juga membawa camera untuk sekedar berselfi. Dimas juga membawa gitar yang ia miliki.

“Tambah lagi Nad,” suruh Alena

Nadia mengangguk ia menuangkan lebih banyak air di panci. “Si, Rika disuruh ngapain kek enak banget,” dongkolnya.

“Rikz bantuin dong!” seru Nadia pada Rika yang sibuk memotret.

“Panggil yang bener dong!” suruh Rika

“Eww ... emang gitu ya nama Lo!” ujar Nadia kesal.

Alena mendekat dengan membawa panci. “Masak air bisa, 'kan, Ka?”

Rika menjawab ragu. “Y-ya bisa lah!”

Alena tersenyum senang, ia menyerahkan pancinya. “Nih,”

Alena beralih ke telur. Ia mengocok lima butir telur dengan ditambahkan beberapa daun bawang. Ia senang sekali hari ini bisa masak bareng bareng apalagi dengan pemandangan seindah ini.

“Len, lu bagian sup, deh. Takut anak anak pada gak suka kalau gue yang bumbuin,”

“Oke,” Alena memberikan telurnya ke Nadia.

Bagi Alena itu tidak masalah. Ia sudah terbiasa memasak di rumah. Untuk bumbu sup sendiri sangatlah simpel sebenarnya tapi entah kenapa Nadia menyuruhnya. Padahal setahunya Nadia juga pandai memasak.

Sambil menunggu supnya matang. Alena menghaluskan cabai yang sudah di goreng oleh Nadia. Tangannya sangat Lues jika disuruh mengulek.

*
Matahari mulai terbenam. Menampilkan semburat merah di langit, mereka berlarian menuju pantai untuk berfoto sedari tadi. Tidak dengan Alena yang malah sibuk mempersiapkan makan malam.

Repui (SELESAI)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang