16. Cemburu

681 96 6
                                    

Happy reading ❤️

"bilang aja cemburu!"

Percikan air mengenai tangan Alena, ia membasuhnya dengan khusyuk. Suara merdu yang dihasilkan dari adzan mulai terdengar mengelegar ditelinganya, hatinya merasa sedikit tenang.

Ia mengeha napas pendek juga tersenyum simpul saat temannya tidak ada yang mau duduk di sebelahnya, mereka selalu menjauhinya. Jika ada yang baru sadar disampingnya ada Alena maka orang itu akan pindah. Kini mereka sedang berada di masjid sekolah untuk melaksanakan salat dhuhur.

"Hei!" seru seseorang membuat Alena terlonjak kaget

"Ngagetin aja," sungut Alena kesal

Nadia malah tertawa dan tangannya yang jahil itu menoel noel pipinya. Saat seperti ini, memang sahabatnya itu akan ada di sampingnya dan menemaninya. Ia sangat bersyukur, setidaknya ia tidak sendirian.

"Sendiri lagi?" tanya Nadia mengenakan mukena bordirnya

"Ya. Seperti biasa," sahut Alena lugas

Nadia terlihat berdecak kesal. Menatap tajam teman Alena yang ada di baris belakang.

"Greget gue, pengen labrak!" bisiknya membuat Alena terkekeh.

Sudah jadi hal yang lumrah terjadi saat ia dikucilkan ingin sekali Nadia melabrak-nya tapi ia selalu melarangnya. Kadang Nadia juga marahinya lantaran sifat Alena yang pendiam jika di sekolah.

Kini Alena tengah disibukkan dengan kegiatan menghafal kosa kata bahasa Inggris. Hal itu rutin dilakukan setiap pertemuan saat pelajaran bahasa inggris. Ia tidak keberatan, karena begitu menyukainya.

Cuaca siang ini cukup terik padahal tadi pagi sempat diguyur air hujan. Sebagian murid bahkan menjadikan buku sebagai kipas. Sepertinya AC di dinding tidak berfungsi mengakibatkan mereka kepanasan.

"hello everyone, how are you?"

"Im fine! Thankyou,"

"Oke. Seperti biasa ibu akan memberikan kosa kata untuk kalian hafalkan dan maju kedepan," tutur beliau

"Are you ready?" tanyanya lagi dengan berbahasa Inggris

"Ready!" seru mereka serempak

Spidol itu mulai menari nari di papan tulis. Untaian kosa kata itu mulai terlihat rapi. Kurang lebih ada sepuluh kalimat dengan terjemahannya. Dengan waktu cukup singkat, mereka di beri waktu untuk menghafal.

"Oke, waktu sudah habis. Ibu akan tunjuk kalian. Yang pertama, Alena Anindita!"

Alena mendegus, seperti biasanya ia yang akan dipanggil. Selalu, entah yang pertama atau bahkan yang terakhir. Dengan sedikit menahan rasa gugup yang selalu mengganggunya ia maju kedepan.

"Cepat-quickly. Lambat-slowly. Lari-run. Berjalan-walking...." begitu seterusnya hingga kosa kata itu habis.

Tepukan meriah ia dapatkan dari ibu guru yang mengajar. "Good! Tingkatkan nak!"

Tidak dengan Alena yang merasa senang. Teman temannya tersenyum sinis padanya. Alena tahu Meraka pasti akan jauh membencinya lagi, lagi, dan lagi.

Repui (SELESAI)☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang