Happy reading ❤️
Setiap anak ingin keluarga yang sempurna, tapi tidak semua anak memilikinya
“Mau kemana, Na?”
Alex membalikkan badannya. “Ke toilet bentar. Mau ikut?”
Alena mengelengkan kepalanya cepat, sadar akan sesuatu. “Gak mau!”
Alex terkekeh geli.
Kini Alena sedang duduk di bawah pohon rindang yang ada di taman. Tadi ia habis joging berasa Alex, untuk memulihkan staminanya saat keluar dari rumah sakit. Sebenarnya waktu Alex menjenguknya, sorenya ia sudah diperbolehkan pulang asal mau rutin mengonsumsi obat.
Dering ponsel Alex terdengar nyaring, Alena ingin mengangkatnya tapi sepertinya dikunci ia harus menunggunya, sepertinya ada pesan penting. Terlihat ada beberapa pesan yang masuk. Alena tidak merasa curiga, yang mengirim pesannya ialah Kevin salah satu teman pacarnya.
“Na! Ada yang ngirim pesan,” panggil Alena saat melihat Alex mendekat.
Alex berjalan mendekat, ia merebahkan tubuhnya dipaha Alena. “Siapa? Kok gak diangkat?”
Alena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Nggak tahu sandinya,”
“Coba ketik nama Lo!” suruh Alex menyodorkan ponselnya.
Dengan ragu Alena mengetikan nama lengkapnya.
Alena Anindita.
Gosh!
Benar saja, ponsel tersebut langsung terbuka.
“Nih,” Alena menyodorkan kembali ponselnya.
“Gak, Lo buka?” tanya Alex heran, biasanya jika orang berpasangan akan mengambil ponsel milik pacarnya dan bahkan ada yang sampai bertukar pasword hp.
“Nggak usah. Lagian itu Kevin,” tutur Alena dengan senyum manisnya membuat Alex melemas ditempat.
Eh tunggu!
Alex melototkan matanya. Buru buru ia membuka pesan dari temannya, sengaja ia meredupkan ponselnya agar Alena tidak bisa melihat.
Kevin
Gua udah Nemu Lex.Alex menatap ponselnya terkejut, ia bangun dari pangkuan Alena dilihatnya layar ponsel dengan jelas. Tangannya terkepal kuat.
“Kenapa Na?” tanya Alena bingung dengan gelagat pacarnya.
“Gak,” Alex buru buru mengatur ekspresi wajahnya, takut Alena merasa curiga.
Alena mencebik karena Alex yang tidak mau bercerita. Ia mengalihkan pandangannya ke langit, kebetulan pagi ini ada gumpalan awan yang memenuhi langit. Sangat indah, cocok dengan warna langit yang membiru dengan suasana yang sejuk.
“Kak Alena!” panggil seseorang mendekat.
Alena menyipitkan matanya. “Vivi?”
“Eh, Vivi?!” Alena berlari untuk memeluk gadis kecil yang sudah lama tidak ia temui.
“Kakak apa kabar?” tanya Vivi antusias.
Alena tersenyum simpul. “Kakak baik Vi. Kamu sendiri?”
“Baik dong, kak!” Vivi menarik tangan seorang wanita paruh baya yang sepertinya orang terpandang.
“Kak kenalin. Ini mama angkat aku,” ucap Vivi mengenalkan mamanya.
Alena menjabat tangan wanita paruh baya itu. “Alena Tante,”
“Tante Sarah,”
Alena merasa bersyukur, ada orang berhati mulia yang mau mengadopsi Vivi sebagai anaknya. Ia melihat wajah senang dan antusias dari Vivi, itu berarti ia tidak perlu menghawatirkan kondisi Vivi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repui (SELESAI)☑️
Ficção Adolescente||Follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| DON'T COPY MY STORY!!! Bagi Alena tidak ada yang bisa membuatnya tersenyum hingga tertawa lepas. hidupnya begitu rumit tidak ada yang mungkin untuk dipertahankan, bahkan Alena sendiri tidak pernah menge...