Selamat berimajinasi
-
-
-
Kebanyakan orang berpikir, atau bahkan merasakan. Tentang sebuah rasa sakit. Mereka berpikir bahwa, mengapa aku tidak menjadi mereka, dan mengapa mereka tidak menjadi aku.
Sebenarnya bukan itu. Terkadang, hanya sedikit atau bahkan sangat jarang. Manusia memiliki satu rasa. Besyukur.
Kata itu seakan raib, hilang perlahan tanpa meninggalkan jejak dan hanya tinggal nama. Keserakahan, penderitaan, penyesalan.
Itu semua diadakan bukan hanya untuk membuat siapapun menderita. Tapi, hal itu menjadikan seorang lebih kuat. Mereka bisa lebih menghargai siapapun yang ada di sekitarnya.
Dan, jika diri kita terus saja menyalahkan keadaan, menyalahkan Tuhan kita sendiri. Maka bisa saja itu salah. Karena pada dasarnya, manusia diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan mereka masing-masing.
~~^^~~
7 Tahun Berlalu...
Jaemin telah mendirikan sebuah perusahaan game. Bukan hal yang mudah tentunya. Anak itu harus menghadapi ribuan rintangan yang membuatnya ingin lenyap.
Harus terombang-ambing dan hampir tenggelam, melewati badai dan terik. Sampai akhirnya dia bisa bertahan sampai titik ini.
Saat ini, dan masih di bawah langit yang sama namun dengan dunia berbeda. Jaemin tengah menikmati indahnya sang rembulan yang dikelilingi ribuan bintang di sekitarnya.
Langit kelamnya telah tergantikan dengan siang yang cerah, dan malam yang indah. Seindah salju pertama di musim dingin.
Dia sudah menjadi bulan yang sesungguhnya.
Bulan yang dikelilingi banyak sekali bintang di sekitarnya. Bukan lagi menjadi awan kelam yang menutupi Matahari, bulan, dan bintang ketika akan menampakkan sinarnya.
Musim gugur.
Itu yang ada di benaknya saat ini. Musim yang sangat indah dan menyejukkan. Daun-daun dan bunga berguguran, pertanda akan munculnya kehidupan baru setelah dingin dan indahnya salju turun ke dunia. Musim yang sangat mengharukan. Musim yang menyakitkan.
"Revisi kembali grafiknya. Setelah selesai, kirimkan kembali kepadaku" Ucap pria dengan suara berat khasnya. Dia menyerahkan sebuah barang elektronik yang menampilkan sejumlah karakter.
"Baik. Presdir"
Jawab kedua bawahannya yang tengah menghadap sang atasan, mereka membungkuk sopan.
"Baiklah, sekarang kalian boleh keluar" ucapnya lagi, dengan seulas senyuman. Senyum yang terlihat sangat tulus.
Keduanya membungkuk lagi, tapi kali ini sebagai bentuk penghormatan. Mereka berdua lalu meninggalkan ruangan cukup besar yang didominasi cat abu itu dengan langkah pelan.
Melirik sebentar ke arah pintu, pria tadi memutar kursinya kembali menghadap jendela. Ruangannya berada di lantai paing atas gedung, jadi langitnya terlihat sangat jelas di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why? | Na jaemin [End]
FanficHanya sebuah coretan kecil dari seseorang yang hatinya hampir karam. :70221 Cerita ini sudah end