Hari mulai sore ketika satu pesan masuk ke ponsel Jani. Pesan dari Dirga yang memberitahu kalau ia akan tiba dalam 15 menit. Cowok itu tak memberitahu ke mana dia akan membawa Jani, dan Jani juga memilih untuk tidak bertanya. Jantung gadis itu terlalu berdebar karena teringat dengan sesuatu yang hari ini Dirga janji untuk bicarakan.
Kita. Jani dan Dirga akan membicarakan perihal 'mereka' hari ini. Tentang tujuan dari banyak hal yang selama ini mereka bagi, rahasia-rahasia kecil yang selama ini mereka tukar. Jawaban dari hangat genggaman tangan, pelukan erat, dan segaris senyum yang seringkali mereka berikan pada satu sama lain.
Jawaban yang mungkin, menjadi akhir sekaligus permulaan bagi sesuatu yang baru.
Selain itu, ada satu hal lagi yang membuat Jani tidak bertanya apa-apa soal ke mana Dirga akan membawanya hari ini.
Dia panik.
Masalahnya, di teras Candramawa sekarang, Jagad sedang gitaran sambil merebahkan kepala di paha Egi. Duo rusuh Candramawa itu sedang asyik dangdutan. Di dekat mereka juga ada Esa dan Yago yang lagi tanding game, sementara sang penghuni tertua alias Johar lagi cuci mobil di halaman.
GIMANA DIA NGGAK PANIK?!
Walaupun mereka semua memang sudah tahu Jani dan Dirga sedang dekat akhir-akhir ini, tetap saja nulu-mulut iblis itu tidak akan tinggal diam jika melihat kedatangan Dirga ke kostan. Dan kepanikan Jani terbukti tepat 15 menit kemudian, ketika ia mendengar deru mobil Dirga di luar Candramawa yang serta-merta membuat genjrengan gitar Jagad berhenti terdengar.
Skandal dimulai.
"WADUH, KOK ADA BANG DIRGA?! LO YANG NYURUH DATENG, GO?!" Tentu saja Jagaditya Waradana akan menjadi opening pergosipan sore ini.
"WADAW, ENGGAK TUH, GAT."
"WAH, KALAU BEGITU SIAPA YAAAA KIRA-KIRAAA???!!!"
Jani keluar sambil memelototi mereka, bersamaan dengan Dirga yang masuk melewati gerbang Candramawa. Johar seketika memasang wajah penuh wibawa, Esa mengangguk-angguk penuh arti ke arah Jani, sementara 3 bungsu sudah mulai mengeluarkan suara-suara tidak jelas.
"CIHUY!"
"NINUNINUNINUNINU......"
"MEONG....."
"GUK-GUK!"
"KALA KUPANDANG KERLIP BINTANG NAN JAUH DI SANA..."
Jani beneran pengen pindah kostan.
Bertepatan ketika Dirga menyapa Esa, Mulut tanpa filter Jagad langsung berceletuk, "Bang Dirga kok nggak ngajak Bang Eja ke sini? Siapa tau kan bisa ngobrol-ngobrol sama Kak Esa. Siapa tauuu......"
Memang, apalagi yang lebih nikmat daripada memancing pertikaian?
Dan Dirga tentu saja pengen bikin impression yang baik, terutama di depan para sesepuh Candramawa. Itulah mengapa nyawa Jagad masih bisa nyatu sama badannya usai mengeluarkan celetukan sampah itu.
"Ehem, mau ke mana nih?" Johar memulai agenda bapak-bapak protektifnya.
"Kak Jo nih kayak nggak pernah muda aja, deh." Bukannya Jani atau Dirga yang menjawab, malah Egi duluan yang buka suara. "Ya mau mojok lah."
"MOJOK-MOJOK APA?!"
"Apaan sih, ah!" Jani menyela dengan wajah merah padam. "Gue keluar bentar. Jangan rusuh. Jangan berantakin dapur. Beli aja di luar!"
Dirga berdeham. "Gue bawa Jani bentar ya, Bang."
"ARGH, BAWA AKU JUGA, MAS! BAWAAA!!!" Tidak perlu diperjelas ini siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
04 - Written in The Stars [Completed]
Teen Fiction[Book #04 of Candramawa Universe] ❝Bagi gue, itu Jani.❞ Jennar Rinjani Kusuma. Jani sebenarnya cuma mahasiswi biasa yang kebetulan ngekost di kostan luar biasa-Candramawa. Pergi ke kampus, ngomelin anak-anak Candramawa, masak, repeat. Bagi semua ora...