[11] Dunia yang Kontras

3.3K 621 94
                                    

Setelah pagi tadi membuat heboh Candramawa karena tiba-tiba saja datang menjemput Jani, Dirga tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menawarkan gadis itu untuk menjemputnya seusai kelas nanti, yang untung saja diterima.

Kedatangan Dirga di Candramawa pagi tadi bukan hanya sekedar untuk menjemput Jani, melainkan juga secara tak langsung, menegaskan bahwa ia sedang mengambil langkah untuk mendekati gadis itu. Dan tentu saja, kemunculan Dirga yang sangat mengejutkan itu sekaligus mengakhiri perbudakan Jagad dan Yago terhadap dirinya. Tidak ada lagi pemerasan dengan ancaman akan mengadu ke Jani jika Dirga tidak menuruti kemauan mereka. Posisi Dirga sebagai tuan di Meraki sudah kembali.

Dirga sangat tidak sabar untuk membalaskan dendamnya pada 2 bocah itu di studio nanti malam.

Dan sekali lagi, tanpa mau menyia-nyiakan kesempatannya, ketika Jani menghampirinya di tempat parkir gedung fakultas gadis itu, ia langsung mengajaknya untuk mencari makan siang karena kebetulan waktu menunjukkan pukul 1. Dan Dirga untuk kedua kalinya beruntung, karena Jani tidak menolaknya.

Lima belas menit setelahnya, Jani dan Dirga sudah berada di salah satu restoran chinese food yang berada di dalam sebuah gedung pusat perbelanjaan.

"Berasa jalan sama artis, nih."

Dirga tersenyum mendengar candaan Jani yang ia ketahui alasan dibaliknya. Sejak mereka sampai di tempat parkir hingga berjalan masuk ke dalam restoran, memang ada beberapa orang yang mengenali Dirga dan menyapanya. Salah satu dari mereka bahkan meminta foto bersama.

"Artis apaan, Rinjani?" Dirga mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tiba-tiba, Jani menyipitkan matanya dan mencondongkan tubuh, mendekat ke arah Dirga yang duduk di seberangnya. "Dir."

"Hmm?"

"Kita nggak akan masuk LINE TODAY, kan?" Jani berbisik, lantas menutup mulut dengan telapak tangannya, terkejut sendiri. Ia lantas menarik tubuhnya ke belakang kembali dengan ekspresi khawatir, "Anjir! Gimana kalau tadi ada yang fotoin kita diem-diem?"

Dirga tertawa. "Kenapa? Takut digosipin sama gue?"

"Bukan itu! Kalau gue beneran harus debut di hengpong jadul minceu, at least guenya cakepin dikit dong. Ini tampang gue dekil begini di-hate comments entar. "Itu Kak Dirga lagi jalan sama gembel, ya?" Muka gue mau ditaroh di mana coba?!"

Dirga kembali melepaskan gelak tawanya melihat Jani yang masih menatapnya dengan seraut wajah polos. "Fuck, you're so cute..." Gumam Dirga yang sayangnya tak tertangkap telinga Jani. "Kita nggak akan masuk akun gosip, Jan. Meraki belum segede itu."

"Siapa tau lo ternyata punya sasaeng, Dirga."

Dirga mengangkat alis. "Sasaeng?"

Jani mengangguk. "Sasaeng itu kalau di Korea tuh kayak fans garis keras gitu loh. Ih, tapi nggak bisa disebut fans juga lah, soalnya kadang mereka bisa ngebahayain idol sendiri. Pokoknya suka nguntit-nguntit gitu. Lo pernah ngerasa diperhatiin pas di apartemen?"

Dirga tersenyum menahan gemas. "You and your mind are unbelieveble, Rinjani."

"Denger dulu—"

"Dirgantara?"

Percakapan keduanya disela oleh kehadiran seorang wanita bergaya high-class dengan rambut yang Jani tebak baru saja selesai ditata di salon. Wanita itu menghampiri Dirga, meletakkan telapak tangannya yang dihiasi dengan kuku palsu cantik di pundak pemuda itu. Dari gesturnya, wanita itu tampaknya sudah mengenal Dirga cukup lama.

"Oh, beneran kamu, Dir." Senyum wanita itu semakin cerah. Untuk sesaat, Jani merasa tak kasat mata. "How you doing? Udah lama nggak muncul, anak-anak pada nanyain kamu tau."

04 - Written in The Stars [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang