Extra Chapter: Ketertohokan

4.1K 529 230
                                    

Satu-satunya kelas Dirga di hari jumat ini dibatalkan karena dosen mata kuliah bersangkutan sedang berada di luar kota. Oleh karenanya, Dirga menghabiskan hari jumatnya kali ini hanya dengan leyeh-leyeh di apartemennya. Secara kebetulan, tadi malam Jani bilang kalau kelasnya hari ini juga dibatalkan. Namun meski keduanya sama-sama free hari ini, Dirga tidak bisa menghabiskan waktunya bersama Jani karena setelah tahu ia tidak memiliki kelas hari ini, Jani langsung pulang ke rumahnya dan Dirga ingin membiarkan gadis itu menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Dirga sedang menyiapkan bahan makanan untuk dimasak karena belum mengisi perut sejak pagi hingga sekarang, saat jarum jam mulai merambat ke angka 12, ketika ponselnya yang berada di atas meja pantry berdering. Ada segaris senyum yang tanpa sadar bermain di wajah Dirga kala pemuda itu menemukan nama Jani di layar ponselnya.

"Hei—"

"DIRGA, TOLONGIN GUEEE!!!"

Hanya butuh sepersekian detik untuk jantung Dirga memompa dua kali lebih cepat kala mendengar seruan Jani. Pemuda itu menyambar kunci mobilnya yang berada di atas meja pantry secepat kilat.

"Rinjani, where are you? I'll be there—"

"DIRGA, HUHUHUHU..." Suara Jani kembali terdengar, dan Dirga sudah siap menghajar siapapun yang telah berani mengusik gadisnya kalau saja setelahnya Jani tidak berkata, "Ketua kelas gue barusan bilang kalau kelas gue nggak jadi dibatalin, tapi cuma dipindahin jamnya. Terus sekarang gue harus balik ke Candramawa. Tapi Nathan sama Haikal jam 12 nanti pulang sekolah dan nggak ada yang bisa jemput... Terus Papa sama Mama lagi nggak di rumah... Terus anak-anak Candramawa nggak ada yang di kostan... Terus, huhuhu...."

"Rinjani...I thought you were—" Desis Dirga pelan. Ia menarik nafas panjang sambil memejamkan mata, berusaha menenangkan dirinya yang tadi sudah berada dalam mode siaga level tertinggi itu. "Iya, iya. Tenang, ya? Lo di mana sekarang?"

"Gue masih di rumah, mau mesen ojek tapi bingung. Adek-adek gue gimana? Tapi gue udah harus cabut sekarang. Kelasnya dimulai jam setengah 12. Mana dari tadi gue hubungin Jeno nggak bisa... Huhuhu..."

"Ya udah, lo pulang aja ke Candramawa, siap-siap ke kampus. Nanti gue yang jemput Nathan sama Haikal." Dirga memberikan solusi meskipun sejujurnya, ia agak deg-degan juga karena belum pernah bertemu dengan kedua adik laki-laki Jani itu. "Pelita, kan?" Dirga memastikan sekolah adik kedua dan ketiga Jani itu.

Jani mengiakan sebelum bertanya dengan ragu. "Beneran nggak pa-pa?"

"It's all okay." Dirga meyakinkan.

"Nggak ngerepotin?"

"Sama sekali enggak." Dirga diam-diam tersenyum, membayangkan seraut ekspresi menggemaskan Jani di ujung sana. "Tapi kalau lo mau fair, lo bisa kasih gue hadiah nanti."

"Ih, pamrih."

Dirga tertawa. "Just a very simple one, Rinjani."

"Ya udah deh. Mau hadiah apa?"

"A kiss should be fine."

"COBA ULANG?!"

"Shit, it's almost 12. Gue harus jemput Nathan sama Haikal. Be safe, baby. I'll call you after your class."

Dirga buru-buru memutuskan untuk melarikan diri dari amukkan Jani sambil tertawa geli.

Pemuda itu mengecek jam di lockscreen sebelum masuk ke kamar untuk berganti baju. Ia bisa menggunakan layanan drive thru nanti untuk mengisi perutnya mengingat ia tidak punya cukup waktu jika tidak ingin membiarkan Haikal dan Nathan menunggu. Dan tentu saja Dirga sama sekali tidak ingin melakukannya.

04 - Written in The Stars [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang