"Kenapa lo nggak pernah bilang ke Jani?"
Ezra pernah menanyakan itu sekali, dulu, saat dia akhirnya menyadari bahwa Dirga ternyata sedang menyukai salah satu gadis yang menjadi teman kost dua anggota termuda Meraki.
Awalnya Ezra sempat nggak percaya hingga akhirnya ia memastikannya langsung pada Dirga dan ternyata temannya itu sama sekali nggak mengelak. Bukan tanpa alasan Ezra sempat skeptis dengan dugaanya itu. Ia mengenal hampir semua gadis yang pernah Dirga pacari, dan hanya dengan sekali lihat, Ezra bisa langsung menyadari bahwa dilihat dari sisi manapun, Jani jelas sekali kontras dengan gadis-gadis tersebut.
"Man up and tell her." Itulah yang Ezra katakan selanjutnya. "Gue tau lo nggak sepengecut itu. Ya... Nggak tau sih kalo ternyata elo luarnya aja yang garang, dalemnya letoy juga."
Dirga paham mengapa Ezra menanyakan itu kepadanya. Sebelumnya, Dirga tidak pernah seperti ini—menghabiskan waktu untuk menyukai seorang gadis tanpa mengatakannya. Dirga tidak pernah membuang-buang waktu seperti ini karena dua alasan; pertama, ia akan selalu langsung mengatakannya. Kedua, sebagian besar gadis yang Dirga pacari selalu menyukainya terlebih dahulu.
Dirga balas melemparkan pertanyaan sebagai jawaban atas pertanyaan Ezra waktu itu. "Lo pernah suka sama seseorang yang bikin lo mikir, "Gue ingin dia jadi yang terakhir"?"
Kala itu, ekspresi Ezra seketika berubah saat mendengar pertanyaan Dirga. Dan meskipun Ezra diam, Dirga sudah tahu jawabannya; Ya. Dan Dirga tahu dengan jelas siapa orang itu.
"Bagi gue, itu Jani."
Semua orang di sekitar Dirga tahu bagaimana gadis yang berada di sisi pemuda itu selalu berganti dengan cepat. Terkadang bahkan tidak sampai beberapa minggu, hanya beberapa hari. Dirga menyukai mereka karena 'sesuatu' yang bisa mereka berikan kepadanya.
Namun Jani, apa yang gadis itu berikan kepada Dirga adalah sesuatu yang berbeda dan sederhana; rasa peduli yang tulus. Sesuatu yang sudah lama tidak pernah Dirga rasakan. Sesuatu yang semua orang pikir tidak lagi Dirga butuhkan.
"Gue nggak pernah patah hati, dan gue juga nggak mau merasakannya." Dirga masih ingat apa yang ia katakan setelahnya. "Tapi kalaupun suatu hari nanti gue harus merasakannya, gue nggak mau itu karena Jani."
Dirga tidak pernah tahu apa yang Jani rasakan kepadanya, dan ia terlalu takut untuk mengambil resiko kalau ia nekat mengatakan apa yang ia rasakan terhadap gadis itu.
Dirga tidak ingin, kalau suatu hari nanti, ia harus mengenang Jani sebagai luka pertamanya.
Roda mobil Dirga berhenti berputar di depan pagar Candramawa. Pemuda itu mengambil tas gitar bass milik Jagad yang ia bawa dari studio, lalu segera turun dari mobil.
Beberapa saat lalu, Jagad memang mengirimkan pesan di group chat milik Meraki untuk memintanya membawakan bass milik pemuda itu saat Jagad tahu ia sedang berada di studio.
KAMU SEDANG MEMBACA
04 - Written in The Stars [Completed]
Teen Fiction[Book #04 of Candramawa Universe] ❝Bagi gue, itu Jani.❞ Jennar Rinjani Kusuma. Jani sebenarnya cuma mahasiswi biasa yang kebetulan ngekost di kostan luar biasa-Candramawa. Pergi ke kampus, ngomelin anak-anak Candramawa, masak, repeat. Bagi semua ora...